Halo loha.. Longtime no blogging! Kali ini gw mau sedikit cerita tentang kegiatan gw akhir-akhir ini. Kalo boleh jujur gw nulis Blog ini di sela-sela jadwal UTS gw. Gw bingung mau mulai dari mana. Sebenernya ini bukan rincian harga atau itinerary perjalanan gw ke Bali sih, tapi lebih tentang pengalaman perjalanan yang bagi gw sendiri ini sebagai perenungan.
Jadi ceritanya gw dapat undangan test di Denpasar, Bali. Yang diundang gak cuma gw, tapi ada temen2 gw dan adik tingkat gw di Diploma IPB. Jumlahnya 9 orang (yang berangkat dari Malang). Kita dibagi menjadi 2 kubu. Kubu Kere lewat darat (Iwid, Ahlul, Mega, Tati, Rut dan gw) Sedangkan kubu Kaya lewat udara (Nurul, Ajus, dan Dian). Kubu Kaya beragkat duluan di hari kamis siang, otomatis mereka udah punya penginapan yang bisa kami tebengi setiba di Bali sambil menunggu cek in.
Sebelum berangkat kita (Kubu Kere) ngadain diskusi dulu, jujur sebenernya gw gak terlalu dekat dengan mereka. Mau jalan bareng aja gw tuh agak ragu takut pada saling gak enakeun. Selama di diploma kami jarang bertegur sapa. Akhirnya gw diajak bareng sama mereka buat perjalanan ke Bali + diberi amanat buat urus masalah perjalanan, akomodasi, dan hotel selama di sana. Amanat ini diberikan ke gw bukan serta merta karena apa, mereka menilai gw pernah ke sana lewat jalur darat, so mereka pengan gw jadi pemandunya. Oke! Sight! Rencana awal gw pengen banget Bali langsung cus Lombok. Tapi tapi tapi gw terhalang oleh amanat. Oke mungkin belom kali ini, belom sekarang gw ke Lombok! Singkat cerita perjalanan pun kami mulai dari kos-kosan gw. Rutenya adalah Malang - Banyuwangi - Denpasar.
Dari awal tuh ya kita udah diturunin grab car gegara ada angkot yang marah. Bikin macet and ofcourse bikin malu! Yeay akhirnya kita tetap memilih transportasi onlen buat anterin kita ke Stasiun karena waktu udah bener-bener mepet. Bukan kita gak mau naik angkotan umum, tapi kadang situasi dan kondisi memaksa kita memilih angkutan onlen untuk memenuhi kebutuhan kita. Kebayang kan kalo naik angkot kami bisa ketingglan kereta.
Dikereta seperti biasa, tidur adalah kegiatan utama karena perjalanan malam tentu sangat membosankan. Kami memilih keberangkatan jam 16.05 dari Malang dan tiba di Banyuwangi jam 23.40. Perjalanan sore dipilih karena mengingat siangnya kita harus kuliah dulu.
Setiba di Stasiun Banyuwangi Baru kami melanjutkan perjalan ke Pelabuhan Ketapang. Perjalanan sangat lancar tapi anehnya, kami ditawari naik bus sebelum menaiki kapal. Malangnya adalah, kami dituruni secara paksa di suatu terminal "angker" yaitu terminal Mengwi. Tipsnya biar gak dituruni kaya kita, jangan pernah naik bus dengan plat nomor luar pulau Bali karena akan dituruni dengan paksa seperti kita. Bukan hanya itu kalian bakalan dipaksa juga untuk naik angkutan yang udah mereka sediain di sana buat lanjut ke terminal Ubung Denpasar. Sebenernya kita gamasalah sama tarif yang dia tawarkan. Namun cara mereka yang memaksa, bertindak kasar, dan omongan caci maki yang mereka keluarkan itulah yang membuat kita menjadi tidak sudi memberikan uang itu kepada mereka. Banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk mencari rejeki dengan tidak memaksa. Sebenernya ini bisa dikategorikan perampokan secara terang-terangan. Kendaraan lain tidak boleh menarik penumpang dari terminal ini. Sedih sih, korbannya adalah penumpang-penumpang/ wisatawan yang ingin berkunjung ke Bali. Pemerintah menutup mata dan telinga akan hal ini. Padahal kejadian ini telah banyak memakan korban. Politik itu kejam! Jujur saya tidak pernah bangga dengan Anda-Anda yang bermegah dengan hasil politik. Makan uang rakyat dan rakyat juga yang jadi korbannya. Ah sudahlah, kalo ingat kejadian ini emosi gw jadi tinggi. Oh ya bukan hanya itu Bule-bule pun ikut menjadi korbannya. Apa gak malu gitu sama negara-negara yang bersangkutan jika warganya diperlakukan seperti itu? Ketika saya di sana sebuah koper bule di tendang sama oknum supir. Itu tindakan yang memalukan, padahal Bali terkenal keramahannya. Please, pemerintah coba sedikit pro ke keamanan dan kenyamanan wisatwan!
Oke! Tutup cerita masalah preman di Mengwi.
Sambil menunggu check ini kita istirahat di penginapan kubu orang kaya. Lumayanlah buat mengademkan diri dan hati. Hahaha... Kita cuma pesen 1 kamar hotel yg rencananya akan kita isi ber 6. Ngakunya sih cuma ber4. Namanya juga kubu kere. Semua harus semurah mungkin. Walopun harus mengaku-ngaku sebagai tamu hotel yang ujung2nya bablas nginap di sana. Setelah kelar urus-urus check in hotel kita akhirnya ke Sanur Beach.
Oh ya di sini gw mau sedikit merenungkan lagi. Jadikan kita itu ber 9. Ber 6 sewa motor, sisanya nge-grab. Kalo mau dipikir-pikir mah sayang banget gitu ya cuma 3 orang yang nge-grab. Pasti patungannya lebih banyak. Di sini gw ngeliat sifat mengalah diantara satu sama lain tuh kerasa banget. Sifat mengikhlaskan uang, dan mengatur mood. Ketika kita di Sanur Beach gw yakin semuanya pada kelaperan. Emosi dong di ubun-ubun tiap-tiap kepala. Ada yang biasa makan banyak, ada yang gabisa laperan, ada yang laper tapi di tahan-tahan, dan bahkan ada yang laper tapi gak berasa laper.Perbedaan itu terasa, sensitifitasnya terasa, tapi gw salut sama tiap-tiap dari kita bisa saling menjaga mood. Bedanya jalan sama orang-orang udah dewasa mah gini. Bahkan ketika kita ada masalah berusaha untuk mengcovernya agar mood teman-teman yang lain terjaga. Pentingnya "bermuka dua" tuh di sini. Menjaga suasa perjalanan itu gak gampang loh. Apalagi jalan bareng teman yang gak dekat dan banyak kepala. Lambat laun saling mengerti satu sama lain akan mendekatkan satu sama lain juga. Lebih banyak sabar dan menahan omongan itu adalah kunci dari sebuah perjalanan yang bikin kangen. Pokoknya salut sama kalian-kalian semua!
Ketika menentukan tempat makan juga pasti kita sama-sama bingung. Di sisi lain yang beragama Kristen pengen banget makan kuliner olahan babi di Bali yang memang surganya kuliner tersebut. Di sisi lain juga kalian memahami agama kami (Islam) yang mengharamkan makanan tersebut. Gw yakin banget tuh kalian pasti berusaha keras buat nahan napsu kuliner kalian demi menghormati kami. Sedangkan kamipun sebaliknya, disisi lain ingin memahami kalian tapi kami sadar diwaktu dan kondisi yang super mepet untuk berleha-leha gak mungkin kita sibuk berpisah-pisah untuk makan. Toleransi antar kita tinggi, walaupun gak terucap tapi diantara kita bisa saling merasakan.
Tiba di hari tes! Oke tidur cuma 3 jam. Pagi-pagi ada yang cuma cuci muka, gak sarapan, dan kondisi badan lelah. Hasilnya? Tidak seperti yang dibayangkan! salut! Hahaha biar kita mendeskripsikan sendiri ya hasil dan bagaimana usaha yang telah kita lakukan. Jujur setelah test kita gak begitu peduli dengan hasil yang kita peroleh. Yang lulus dan yang gak lulus sama-sama lompat-lompat di kasur sambil teriak2 tertawa. Ntah cuma gw yang merasa legah dan bahagianya lepas tanpa pura-pura. Ataukah kita semuanya? Yang jelas di sini suasana kita semakin akrab!
Ceritanya cuma mau beli oleh-oleh bentar, ya namanya cewe pasti bablaslah ampe sore. Menggagalkan rencana awal kita yang akan nginap di Bedegul. Setelah mencari alternatif lainnya. Akhirnya Ubud adalah tujuan kami. DAAAAN... Ketika kita sadar bahwa u tuk menuju penginapan kita harus riding 1 hours 20 minutes. Oh d*mn broh! Perut laper, keringetan, dan cuaca yang super panas akhirnya kita diuji lagi. Lagi dan lagi, kesabaran adalah kunci segalanya. Berkat sabar akhirnya kita sampe di hotel. Kadang kita harus kecewa dengan hal-hal yang sudah kita rencanakan dengan matang namun tergagalkan. Namun kecewa gak selamanya akan membawa kemendungan, mungkin dari kecewa kita disuruh untuk belajar dalam banyak hal. Memahami orang lain untuk lebih mendahulukan kepentingan bersama, atau bahkan belajar bersama-sama bertanggung jawab dalam sebuah keputusan. Ah apapun itu sejatinya kita hidup harus punya persiapan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, sebagai contoh menyiapkan plan A, plan B atau bahkan plan C. Jangan merasa kecewa dengan satu kegagalan, masih banyak rencana Tuhan yang lebih baik.
Setelah sampai di hotel di Ubud, kita dikejutkan dengan kondisi hotel yang super duper Balinese banget. Bahkan kita ganyangka itu adalah hotel yang kita pesan. Berada di ketinggian yang ntah berapa kaki. Pokoknya bisa dikategorikan sepi, alias aman lah, alias agak horrorlah. Horror karena kamar kita menghadap ke hutan. Karena budayanya yang sangat kental dan berbeda jauh dari budaya dan kepercayaan yang kita anut, di sini gw merasa banget ketika kita berbeda keyakinan namun kita sama-sama minoritas di suatu tempat, maka kita akan merasakan betapa toleransi itu sangat penting. Orang yang memiliki toleransi tinggi mereka adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas juga. Kita meyakini bahwa kepercayaan yang kita anggap itu adalah paling benar, tapi tidak untuk menjudge orang itu buruk karena tidak satu kepercayaan sama kita. Semua agama diajarkan kebaikan kok. Tuhan kita sama-sama satu. Lantas kenapa harus mempermasalahkan mereka dengan menganggap mereka yang tidak seagama dengan kita itu adalah buruk. Cukup dengan menghormati hak-hak setiap orang untuk memilih agamanya. Belajar memahami agar tidak saling menyinggung dan meremehkan kepercayaan masing-masing orang. Di sini kami yang beragama islam dan beragama kristen sama-sama belajar apa saja hal-hal yang dapat menunjukkan rasa menghormati agama Hindu mereka. Ingat ya hanya menghormati bukan berarti mengikuti. Apasalahnya belajar tenggang rasa antar sesama. Bukankah kalau ingin dihormati kita harus menghormati orang itu terlebih dahulu. Daaaaan lagi-lagi gw sadar, Indonesia itu indah dalam keberagaman.
Sepertinya sampai di sini dulu perenungan kita tentang Bali dan perjalannya. Semoga kalo gak mager ada part 2 nya. Terima kasih teman-teman telah mengajarkan begitu banyak pelajaran hidup yang gabisa gw dapet dari dosen. Semoga masing-masing dari kita sama-sama berkesan dalam kebaikan untuk perjalanan ini. Love you Geng Bali :)
Jumat, 20 Oktober 2017
Rabu, 18 Oktober 2017
Amazing Bangkok with Air Asia
Halo semuanya, siapa sih yang gak pengen ke Bangkok? Kota yang sekarang lagi naik daun sebagai kota destinasi yang harus dikunjungi sepanjang tahun ini. selain dengan keragaman budayanya, Bangkok juga terkenal dengan wisata yang murah namun tidak murahan. Tidak hanya dilihat dari harga tiket pesawatnya saja, harga penginapan yang beragam juga tidak menyulitkan para wisatawan untuk memilih penginapan sesuai kantong atau budget perjalannanya. jika kalian tidak percaya, bisa langsung cek situs Air Asia www.airasiago.co.id . Dari situs tersebut kita bisa memilih dan memesan tiket penerbangan atau bahkan agar lebih murah Air Asia juga menawarkan paket Tiket dan penginapan yang dijamin harga akan lebih murah daripada memesan atau membeli secara terpisah. Bagi saya tentu hal ini akan menjadi pilihan yang sangat tepat. Karena saya seorang traveller dari kalangan mahasiswa tentu akan memilih dengan harga yang banyak promonya.
Berikut itinerary yang sudah saya list untuk perjalanan 3D2N di Bangkok
Hari Pertama
Karena saya orang yang pertama kali ke Bangkok tentu saya akan memilih tempat-tempat yang sekarang lagi hits-hits nya di kalangan wisatawan. Keluar dari hotel dipagi hari tentu akan terasa sangat berat, namun itu tidak menyurutkan tujuan awal ke Bangkok adalah untuk travelling. Grand Palace menjadi destinasi pertama yang akan saya kunjungi. Menurut beberapa referensi Blog dari para traveller yang saya rangkum bahwa tempat ini akan bagus jika dikunjungi pada pagi hari.Tempat ini terkenal dengan komplek Grand Palace yang menjadi icon traveller ke Bangkok so pasti akan menghabiskan banyak waktu di sini. Oh iya, sebelumnya saya akan menginap di hotel Shangri-la Bangkok. Hotel ini direfernsikan oleh www.airasiago.co.id ketika saya memesan tiket pesawat.Jika dilihat dari rga dan ratingnya saya tentu tidak akan meragukan kenyamanan saya untuk memilih penginapan di sini. sedangkan jika dilihat dari lokasinya, hotel ini tidak jauh berada di pusat kota dan memiliki pemandangan sungai yang ada di Bangkok. Agar lebih mudah saya membuatkan listnya saja ya...
Jam 06:00 Bangun dan bersiap-siap pergi ke Grand Palace
06.30 Sarapan
07.00 OTW ke Grand Palace (perjalanan dari hotel 40 menit menggunakan grab/uber)
07.40 Tiba di Grand Palace dan bersiap mengexplore setiap sudutnya.
10.30 Selesai mengecplore dan bersiap ke destinasi selanjutnya yaitu Wat Pho. Lokasinya yang tidak jauh dari Grand Palace membuat destinas ini
sangat sayang untuk dilewatkan. Cukup dengan berjalan kaki selama 15 menit akan tiba di lokasi Wat Pho. sambil berjalan jangan lupa kuliner yang ada di sepanjang jalan sekalian untuk mengganjal perut sebelum ke destinasi berikutnya
11.00 Mengexplore Wat Pho. Di sini yang paling terkenal adala sleeping budha. Jangan lupa untuk berfoto ria.
12.00 Menuju Wat Arun dan mengexplore Wat Arun
13.00 Lunch sambil menikmati riverside di Bangkok. Setelah tenaga terkumpul kembali kita lanjutkan perjalanan ke Madame Tussaud.
14.30 OTW menuju Madame Tussaud.
15.00 Tiba di Madame Tussaud. Madame Tussaud terkenal dengan patung lilinnya yang hampir menyerupai tokoh aslinya. Jadi buat yang bingung gimana caranya ketemu artis idaman ini adalah tempat terbaik untuk berfoto ria tanpa menunggu sang idola. Seperti Barrack Obama, David Beckham, Jackie Chan, Madonna, dan tokoh-tokoh terkenal lainnya. Mengeplore tempat ini cukup 3 jam saja.
18.30 menuju Asiatique the River Front sambil menikmati malam di kota Bangkok. Kuliner dan mencari spot-spot foto cantik yang instagramable banget. Jangan lupa merasakan sensasi biang lala raksasa sekaligus melihat gemerlap malam kota Bangkok dari ketinggian Tentu akan menjadi pengalaman yang mengasyikkan.
20.30 Pulang ke hotel untuk beristirahat
Hari Kedua
Di hari ke dua karena tempat-tempat rekomendasi sudah di kunjungi dalam sehari, di hari ke dua memesan paket tour dari Air Asia adalah ide yang sangat baik.Bangkok terkenal dengan keunikan pasar Mahachai dimana pasar tersebut dilalui oleh kereta api lokal, sehingga keunikan para penjual dan pembeli di sana ketika berbelanja sangat sayang untuk dilewatkan. Bagaimana rasanya ketika Anda sedang berada di sebuah pasar yang berada di rel kereta api yang masih aktif? Pengalaman yang sangat mengesankan tersebut dapat langsung dipesan dengan paket tur dari Air Asia Tur Sehari Penuh Pasar Mahachai dengan Kereta Api
08.30 Tur Pasar Mahachai dengan Kereta Lokal (8 jam)
18.00 Setelah puas menelusuri dan berbelanja di pasar unik tersebut, memilih menonton sebuah pertujukan dinilai sangat tepat untuk sedikit merileks-kan badan. Pertujukan yang banyak direkomendasikan dan sayang untuk dilewati ketika berada di Bangkok adalah Petunjukan Siam Niramit. Pertunjukan tentang Budaya Thailand ini tentu akan memperlengkap sense bahwa Anda sedang benar-benar berada di Thailand. Mempelajari Budaya sesorang tentu akan meperkaya pengetahuan kita, serta semakin tinggi tingkat toleransi kita terhadap perbedaan yang ada. Atau mungkin memahami bahwa terdapat kesamaan antar Budaya yang selama ini kita lihat di Indonesia. Paket tur tersebut dapat dipesan di Pertunjukan Siam Niramit
Harga yang ditwarkan tentu tidak membuat Anda merasa rugi karena selain dari pertunjukan yang sangat menabjubkan mengenai budaya Thailand Anda juga akan disugi dinner secara gratis yang termasuk dalam paket tur tersebut. Ini adala pilihan yang sangat tepat.
21.30 Kembali ke Penginapan untuk beristirahat
Hari Ketiga
Belum puas belanja oleh-oleh dan pernak pernik lainnya yang akan dibawa pulang? Tenang saja, dihari ketiga saya akan melengkapi perjalanan belanja saya di pasar yang tak kalah uniknya, yaitu Pasar Terapung Damnoen Saduak. Paket Tur Pasar Terapung Damnoen Saduak bisa menjadi alternatif untuk merasakan sisi lain dari Thailand. Pasar terapung ini sudah sangat terkenal dan memberikan nuansa yang berbeda ketika kita berada di sana dan berinteraksi dengan penjual serta masyarakat sekitar yang menggunakan jalur perairan sebagi tempat bekerja. Pengalaman ini akan memperlengkap perjalan di Thailand. Untuk paket tur tersebut bisa di lihat di web Tur Pasar Terapung Damnoen Saduak .
07.00 Tur Pasar Apung Damnoen Saduak dari www.airasiago.co.id
Setelah puas wisata belanja dan melengkapi oleh-oleh saatnya kembali ke hotel untuk segera berkemas karena penerbangan Air Asia jam 14.00 sudah menunggu.
Air Asia telah memeberikan harga yang sangat murah dalam mewujudkan impian-impian yang selama ini terbatas dibudget. Murahnya maskapai Air Asia bukan murahan tetapi pelayanan nya juga memberikan kenyamanan bagi setiap pelanggannya. Apalagi dengan beragam paket tur wisata disetiap daerah tentu memudahkan para traveller dalam perjalannya. Ditambah dengan adanya promo pesan pesawat dan hotel yang dijamin murahnya tak tertandingi. Maskapai yang sangat rekomended buat perjalanan ke luar dan dalam negeri, terutama perjalanan ke Bangkok kali ini. Yuk ikutan kompetisi Blog AiiAsiaGo #AAGOMakeItReal dan raih kesempatan liburan 3 Hari 2 Malam ke Bangkok bareng 1 orang teman kamu!
(IMAGES SOURCE BY GOOGLE)
Berikut itinerary yang sudah saya list untuk perjalanan 3D2N di Bangkok
Hari Pertama
Karena saya orang yang pertama kali ke Bangkok tentu saya akan memilih tempat-tempat yang sekarang lagi hits-hits nya di kalangan wisatawan. Keluar dari hotel dipagi hari tentu akan terasa sangat berat, namun itu tidak menyurutkan tujuan awal ke Bangkok adalah untuk travelling. Grand Palace menjadi destinasi pertama yang akan saya kunjungi. Menurut beberapa referensi Blog dari para traveller yang saya rangkum bahwa tempat ini akan bagus jika dikunjungi pada pagi hari.Tempat ini terkenal dengan komplek Grand Palace yang menjadi icon traveller ke Bangkok so pasti akan menghabiskan banyak waktu di sini. Oh iya, sebelumnya saya akan menginap di hotel Shangri-la Bangkok. Hotel ini direfernsikan oleh www.airasiago.co.id ketika saya memesan tiket pesawat.Jika dilihat dari rga dan ratingnya saya tentu tidak akan meragukan kenyamanan saya untuk memilih penginapan di sini. sedangkan jika dilihat dari lokasinya, hotel ini tidak jauh berada di pusat kota dan memiliki pemandangan sungai yang ada di Bangkok. Agar lebih mudah saya membuatkan listnya saja ya...
Jam 06:00 Bangun dan bersiap-siap pergi ke Grand Palace
06.30 Sarapan
07.00 OTW ke Grand Palace (perjalanan dari hotel 40 menit menggunakan grab/uber)
07.40 Tiba di Grand Palace dan bersiap mengexplore setiap sudutnya.
10.30 Selesai mengecplore dan bersiap ke destinasi selanjutnya yaitu Wat Pho. Lokasinya yang tidak jauh dari Grand Palace membuat destinas ini
sangat sayang untuk dilewatkan. Cukup dengan berjalan kaki selama 15 menit akan tiba di lokasi Wat Pho. sambil berjalan jangan lupa kuliner yang ada di sepanjang jalan sekalian untuk mengganjal perut sebelum ke destinasi berikutnya
11.00 Mengexplore Wat Pho. Di sini yang paling terkenal adala sleeping budha. Jangan lupa untuk berfoto ria.
12.00 Menuju Wat Arun dan mengexplore Wat Arun
13.00 Lunch sambil menikmati riverside di Bangkok. Setelah tenaga terkumpul kembali kita lanjutkan perjalanan ke Madame Tussaud.
14.30 OTW menuju Madame Tussaud.
15.00 Tiba di Madame Tussaud. Madame Tussaud terkenal dengan patung lilinnya yang hampir menyerupai tokoh aslinya. Jadi buat yang bingung gimana caranya ketemu artis idaman ini adalah tempat terbaik untuk berfoto ria tanpa menunggu sang idola. Seperti Barrack Obama, David Beckham, Jackie Chan, Madonna, dan tokoh-tokoh terkenal lainnya. Mengeplore tempat ini cukup 3 jam saja.
18.30 menuju Asiatique the River Front sambil menikmati malam di kota Bangkok. Kuliner dan mencari spot-spot foto cantik yang instagramable banget. Jangan lupa merasakan sensasi biang lala raksasa sekaligus melihat gemerlap malam kota Bangkok dari ketinggian Tentu akan menjadi pengalaman yang mengasyikkan.
20.30 Pulang ke hotel untuk beristirahat
Hari Kedua
Di hari ke dua karena tempat-tempat rekomendasi sudah di kunjungi dalam sehari, di hari ke dua memesan paket tour dari Air Asia adalah ide yang sangat baik.Bangkok terkenal dengan keunikan pasar Mahachai dimana pasar tersebut dilalui oleh kereta api lokal, sehingga keunikan para penjual dan pembeli di sana ketika berbelanja sangat sayang untuk dilewatkan. Bagaimana rasanya ketika Anda sedang berada di sebuah pasar yang berada di rel kereta api yang masih aktif? Pengalaman yang sangat mengesankan tersebut dapat langsung dipesan dengan paket tur dari Air Asia Tur Sehari Penuh Pasar Mahachai dengan Kereta Api
08.30 Tur Pasar Mahachai dengan Kereta Lokal (8 jam)
18.00 Setelah puas menelusuri dan berbelanja di pasar unik tersebut, memilih menonton sebuah pertujukan dinilai sangat tepat untuk sedikit merileks-kan badan. Pertujukan yang banyak direkomendasikan dan sayang untuk dilewati ketika berada di Bangkok adalah Petunjukan Siam Niramit. Pertunjukan tentang Budaya Thailand ini tentu akan memperlengkap sense bahwa Anda sedang benar-benar berada di Thailand. Mempelajari Budaya sesorang tentu akan meperkaya pengetahuan kita, serta semakin tinggi tingkat toleransi kita terhadap perbedaan yang ada. Atau mungkin memahami bahwa terdapat kesamaan antar Budaya yang selama ini kita lihat di Indonesia. Paket tur tersebut dapat dipesan di Pertunjukan Siam Niramit
Harga yang ditwarkan tentu tidak membuat Anda merasa rugi karena selain dari pertunjukan yang sangat menabjubkan mengenai budaya Thailand Anda juga akan disugi dinner secara gratis yang termasuk dalam paket tur tersebut. Ini adala pilihan yang sangat tepat.
21.30 Kembali ke Penginapan untuk beristirahat
Hari Ketiga
Belum puas belanja oleh-oleh dan pernak pernik lainnya yang akan dibawa pulang? Tenang saja, dihari ketiga saya akan melengkapi perjalanan belanja saya di pasar yang tak kalah uniknya, yaitu Pasar Terapung Damnoen Saduak. Paket Tur Pasar Terapung Damnoen Saduak bisa menjadi alternatif untuk merasakan sisi lain dari Thailand. Pasar terapung ini sudah sangat terkenal dan memberikan nuansa yang berbeda ketika kita berada di sana dan berinteraksi dengan penjual serta masyarakat sekitar yang menggunakan jalur perairan sebagi tempat bekerja. Pengalaman ini akan memperlengkap perjalan di Thailand. Untuk paket tur tersebut bisa di lihat di web Tur Pasar Terapung Damnoen Saduak .
07.00 Tur Pasar Apung Damnoen Saduak dari www.airasiago.co.id
Setelah puas wisata belanja dan melengkapi oleh-oleh saatnya kembali ke hotel untuk segera berkemas karena penerbangan Air Asia jam 14.00 sudah menunggu.
Air Asia telah memeberikan harga yang sangat murah dalam mewujudkan impian-impian yang selama ini terbatas dibudget. Murahnya maskapai Air Asia bukan murahan tetapi pelayanan nya juga memberikan kenyamanan bagi setiap pelanggannya. Apalagi dengan beragam paket tur wisata disetiap daerah tentu memudahkan para traveller dalam perjalannya. Ditambah dengan adanya promo pesan pesawat dan hotel yang dijamin murahnya tak tertandingi. Maskapai yang sangat rekomended buat perjalanan ke luar dan dalam negeri, terutama perjalanan ke Bangkok kali ini. Yuk ikutan kompetisi Blog AiiAsiaGo #AAGOMakeItReal dan raih kesempatan liburan 3 Hari 2 Malam ke Bangkok bareng 1 orang teman kamu!
(IMAGES SOURCE BY GOOGLE)
Jumat, 02 Desember 2016
JODIPAN - Kampung Warna-Warni Malang
Assalamua'alaikum readers (sambil ngaca). Di postingan sebelumnya gw udah kerja, tapi sekarang gw udah bukan pegawai lagi. Sekarang gw balik jadi mahasiswa lagi. Jangan tanya perasaannya kaya gimana, campur aduk kaya diubek-ubek. Seneng iya, sedih iya, resah iya. Pokoknya susah buat dideskripsikan (intro yang gak penting banget). Brawijaya University, kampus baru gw. Sekarang gw baru semester 1, doain aja 1 tahun lagi gw kelarin S1 gw di sini. Minggu pertama di Malang gw belom masuk kuliah, jadi gw selama seminggu itu kerjanya main aja. Setelah searching di instagram, akhirnya siang itu gw memutuskan buat main ke Jodipan. Apa sih Jodipan? Jodipan itu nama sebuah kampung yang ada di Malang (lokasinya cek google maps).
Kampung ini dulunya adalah kampung kumuh yang kurang terawat. Atas inisiatif mahasiswa UMM dan sponsor cat lainnya akhirnya kampung ini menjadi kampung warna warni yang apik tenan. Cocok banget lah buat kalian yang hobi selfie and Instagram addict! Pertama kali gw ke sini itu masih dalam proses pengecatan tapi sebagian udah jadi kok. Jadi gw tetep bisa ngeksis. Nah yang gw sukai pas ke sini itu adalah, gw bantuin mas-masnya ngecat gang (biar gw punya kenang-kenangan). Orang-orangnya ramah-ramah banget. Keren bangetlah mahasiswa yang punya ide secermlang ini. Kenapa gw bisa bilang gitu. Jadi pas pertama kali gw ke sana Jodipan itu terpisahkan oleh sungai, nah antara sisi kanan dan kiri sungai itu sangat kontras perbedaannya. Satunya udah full dicat, satunya belom dicat sama sekali. Kebayang dong versi item putih dan warna kaya apa. Nah, karena gw gatau nih Jodipan di Instagram itu kaya apa akhirnya gw malah masuk ke yang versi item putih. Abis itu gw bandingin ke versi warna. Jauh beda! Lebih terawat, lebih apik, dan yang pasti masyarakatnya juga bisa sambil bisnis jualan air minum atau semacam cemilan lah buat para pengunjung yang kelaparan atau bahkan kehausan. Jadi secara tidak langsung program mereka ini membuka lapangan kerja bagi penduduk/ warga yang ada di kampung itu.
Penduduk Jodipan juga sangat antusias sama pengunjung yang hadir. Bahkan,gw yang waktu itu lagi kebingungan mau jalan kemana malah dikasi tau sama ibu-ibu yang lagi duduk di depan rumah mereka. Ibu itu bilang "dek, kalo mau foto di sana yang bagus". Spontan dong gw langkahin kaki ke tempat yang dikasih tau. Selain itu daya tarik lainnya adalah posisi kampung yang berada di dekat jembatan, sehingga memungkinkan travellers buat selfie dari atas, suer dah apiknya bukan main. Gw berasa lagi di Italia versi Malang. Dari pada penasaran mending agendakan ke sini deh sebelum catnya memudar. Masalah tiket masuk? Dulu sih gratis karena belom diresmiin, sekarang karena udah diresmiin jadi kalian harus bayar Rp. 2000 (Oktober 2016). Murah banget kan, padahal kalo dipikir-pikir gak sebanding dengan pengalaman seru yang akan kalian dapatkan di sana. Oh iya, kalo foto di jembatan itu harus hati-hati ya guys, karena itu jalan umum dan sungguh-sungguh padat (Sering macet) jadi gak usah kaget klao setiap mau foto pasti diliatin orang-orang yang lagi melintas di atas jembatan, dan gak jarang juga digodain. Kalo kata gw sih seru-seru aja, tantangan menahan rasa malu dan pengen eksis, Hahahhaa.
Perlu diingat di sini parkirnya mengambil sebagian badan trotoar, jadi kalian harus hati-hati selalu, karena pada dasarnya kampung ini dibangun bukan sebagai tempat wisata melainkan pemukiman warga. Sekian dari gw, jangan lupa share pengalaman kalian ke Jodipan di kolom comment ya. Thank you :)
G A L E R I
Kampung ini dulunya adalah kampung kumuh yang kurang terawat. Atas inisiatif mahasiswa UMM dan sponsor cat lainnya akhirnya kampung ini menjadi kampung warna warni yang apik tenan. Cocok banget lah buat kalian yang hobi selfie and Instagram addict! Pertama kali gw ke sini itu masih dalam proses pengecatan tapi sebagian udah jadi kok. Jadi gw tetep bisa ngeksis. Nah yang gw sukai pas ke sini itu adalah, gw bantuin mas-masnya ngecat gang (biar gw punya kenang-kenangan). Orang-orangnya ramah-ramah banget. Keren bangetlah mahasiswa yang punya ide secermlang ini. Kenapa gw bisa bilang gitu. Jadi pas pertama kali gw ke sana Jodipan itu terpisahkan oleh sungai, nah antara sisi kanan dan kiri sungai itu sangat kontras perbedaannya. Satunya udah full dicat, satunya belom dicat sama sekali. Kebayang dong versi item putih dan warna kaya apa. Nah, karena gw gatau nih Jodipan di Instagram itu kaya apa akhirnya gw malah masuk ke yang versi item putih. Abis itu gw bandingin ke versi warna. Jauh beda! Lebih terawat, lebih apik, dan yang pasti masyarakatnya juga bisa sambil bisnis jualan air minum atau semacam cemilan lah buat para pengunjung yang kelaparan atau bahkan kehausan. Jadi secara tidak langsung program mereka ini membuka lapangan kerja bagi penduduk/ warga yang ada di kampung itu.
Penduduk Jodipan juga sangat antusias sama pengunjung yang hadir. Bahkan,gw yang waktu itu lagi kebingungan mau jalan kemana malah dikasi tau sama ibu-ibu yang lagi duduk di depan rumah mereka. Ibu itu bilang "dek, kalo mau foto di sana yang bagus". Spontan dong gw langkahin kaki ke tempat yang dikasih tau. Selain itu daya tarik lainnya adalah posisi kampung yang berada di dekat jembatan, sehingga memungkinkan travellers buat selfie dari atas, suer dah apiknya bukan main. Gw berasa lagi di Italia versi Malang. Dari pada penasaran mending agendakan ke sini deh sebelum catnya memudar. Masalah tiket masuk? Dulu sih gratis karena belom diresmiin, sekarang karena udah diresmiin jadi kalian harus bayar Rp. 2000 (Oktober 2016). Murah banget kan, padahal kalo dipikir-pikir gak sebanding dengan pengalaman seru yang akan kalian dapatkan di sana. Oh iya, kalo foto di jembatan itu harus hati-hati ya guys, karena itu jalan umum dan sungguh-sungguh padat (Sering macet) jadi gak usah kaget klao setiap mau foto pasti diliatin orang-orang yang lagi melintas di atas jembatan, dan gak jarang juga digodain. Kalo kata gw sih seru-seru aja, tantangan menahan rasa malu dan pengen eksis, Hahahhaa.
Perlu diingat di sini parkirnya mengambil sebagian badan trotoar, jadi kalian harus hati-hati selalu, karena pada dasarnya kampung ini dibangun bukan sebagai tempat wisata melainkan pemukiman warga. Sekian dari gw, jangan lupa share pengalaman kalian ke Jodipan di kolom comment ya. Thank you :)
G A L E R I
Kamis, 22 September 2016
PANTAI SENGGILING - Bintan Kepulauan Riau.
Lama rasanya gak nulis di blog ini. Malum sekarang udah bukan mahasiswa lagi yang kerjanya keluyuran, uang gak mikir (mikir kalo lagi krisis), banyak waktu bareng temen.
Kehidupan gw bukan kaya dulu lagi. Sekarang udah kerja, gak ada parter kerja. Jadi pekerja lapangan. Hobinya jalan sendiri. Kadang ngerasa mirip orang galau sepanjangan. Padahal keadaan memaksa seperti itu.
Dulu kalo di Bogor gw sering banyak cerita tentang perjalanan gw selama di sana. Sayang banget kalo domisili gw sekarang gak diceritain juga kan. Awalnya gw mengutuk kota ini. Karena di sini gw harus kembali survive. Mulai dari harga di sini yang hampir 2x lipat dengan Bogor. Oh iya, lupa ngenalin tempat dimana gw sekarang.
Pulau Bintan. Pernah denger? Atau asing banget? Pulau Bintan dengan Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Ingat ya. K-E-P-U-L-A-U-A-N Riau. (Perlu gw tegasin Riau dan Kepulauan Riau adalah 2 Provinsi dan berbeda). Gw gak tau seberapa banyak jum;ah pulau di provinsi ini. Yang pasti setelah gw tinggal di sini gw sebut ini Paradise nya Sumatera. Thats why wajib banget gw ceritain. Tanjungpinang, awalnya gw heran kenapa kota ini terpilih menjadi Ibukota Kepulauan Riau. Kenapa gak Batam? Yang lebih tersohor dan populer dari Sabang sampai Marauke. Lebih banyak fasilitas yang mendukung utuk julukan Ibukota. Tapi ya sudahlah, menurut gw kenapa Tanjungpinang terpilih sebagai Ibukota adalah karena Tanjungpinang yang terletak di Pulau Bintan ini merupakan pulau terbesar di anatara pulau-pulau lainnya yang ada di Kepulauan Riau (Menurut gw).
Oke sekarang gw bakal ceritain salah satu pantai di Pulau Bintan ini. Pantai yang masih perawan (bebas parkir, sepi pengunjung, gak ada yang jualan, namun kurang terawat). Untuk menuju ke Pantai ini kalian harus sama orang yang pernah dan bahkan hapal sama jalan ke sana. Karena gak ada satupun plang jalan yang akan membawa Anda ke pantai. Kalau Anda dari Tanjungpinang kota ambillah jalan yang menuju Senggiling (lewat jalan lama Tj.pinang – Tj. Uban nanti ada pertigaan ke arah Seggiling). Berjalan sekitar 7 Km kita akan menemukan pos satpam. Karena pantai tersebut berada di kawasan perusahaan perkebunan. Maka di sana kita akan kena cas 20rb perorang. Kalo bisa kongkalikong 1 motor yang isinya 2 orang cuma bayar 20rb. Dari gerbang satpam jalan tanah sekitar 15 menit akan kita lalui. Gw bingung gimana jelasin jalannya karena di sini terlalu rumit. Intinya kalian bakalan nemuin pantai setelah melewati alang2 setinggi badan kalian, jalanan tanah dan berpasir, hutan, dan perkebunan kelapa.jarak perjalanannya 20 sampai 30 menit. HATI-HATI lah selama berkendara di pasir. Karena tak jarang motor Anda kejebak di pasir. Kalo yang hobi offroad, so recomended. Susah payah yang Anda lalui akan terbalaskan kok dengan pantai yang cantik. Pasir putih yang halus, lautan yang kebiruan, ditambah dengan unsur bebatuan sebagai penyempurna lukisan alam ini. Kalau ke sini pas lagi terik matahari sangat di sarankan buat pake sunblock. Karena gak mungkin kan kalian bakalan duduk manis di bawah pohon tanpa nyebur menikmati birunya air laut. Kalo gw sih gatel banget pengen nyebur. TAPI perlu diingat, kalo di sini gak bakal ada kamar mandi untuk bilas. Sepanjang perjalan selama 30 menit baru kalian akan menemukan rumah warga. Namun, di sana juga tidak menyediakan kamar mandi umum. Kalo mau bilas ada sih musholah yang gak jauh dari sana. Tapi, jangan banyak2 ya. Bilas seperlu nya aja. Mending pulang aja. Asalakan kuat ama lenget2 di badan. Jangan lupa bawa makanan dan minuman sebanyak-banaknya. Mengingat tidak adanya warung di dekat sana.
Oh iya, perlu kalian tau. Yang menjadi icon di pantai ini adalah batu gajah duduk. Iya, batu yang menyerupai gajah yang sedang duduk. Di sana juga terdapat lafaz Allah. Keren kan.. so tunggu apa lagi. Mumpung masih perawan. Jagalah alam dengan membuang sampah pada tempatnya. Kalau bisa kayak turun dari gunung aja, pulang bawa sampah. Karena di sini gak ada yang jaga makanya sampah oleh tangan2 orang yang tidak bertanggung jawab lumayan banyak. Tapi tetap, tidak akan mengurangi keindahan pantai ini.
Galeri
Senin, 02 Juni 2014
Gunung Gede - Pasukan 12 Jam (1)
Selamat malam dunia, walaupun gue akhir-akhir ini rada sedikit males buat nge-blog tapi buat yang satu ini harus gue posting. Semua ini berawal dari kenekatan gue yang gak boleh diragukan lagi. Mulai dari sok-sok ngajakin temen naik gunung sampe beneran terwujud. Ynag bikin gue bangga adalah gue bisa naik gunung bareng temen sekosan gue yang jauh lebih tau gue di dunia perantauan ini. Artinya semua ini bakal gue kenang sampe anak cucu, bakalan jadi ceria gue nanti kelak. Pendakian pertama gue bareng temen pertama gue di IPB ya, Ridwan Fauzi. Dia adalah senior gue dalam hal daki mendaki. Salah satu anggota Angsana (organisasi pencinta alam gitu). Kali ini di jadi pemandu gue, lucky to be his friend. Pendakian yang kita namakan dengan "Pasukan 12 Jam" dengan anggota 12 orang, terdiri dari 8 pemula dan 4 lainnya adalah anggota Angsana. Gunung yang akan kita daki adalah Gunung Gede yang memiliki ketinggian 2958 mdpl. Gunung Gede terletak di Bogor, Jawa Barat. Trek yang kita pilih adalah melalui jalur pendakian resmi Cibodas. Walaupun sebenernya kita adalah pendaki ilegal karena naik dengan tiket Curug Cibodas (Rp. Goceng), tapi namanya juga tiktok tanpa nge-camp.
Sebelumnya gue udah latihan fisik denganjogging dan sit up tiap pagi, walaupun terkadang gue males dan gak ngelakuinnya dengan rutin, tapi setidaknya muscle gue gak kaget ntar kalo gue paksa kerja rodi. Motivasi gue cuma satu ketika ngelakuin ini semua, yaah setidaknya gue yang ngajak emen gue naek masa gue sendiri yang loyo, gue harus nyemangatin mereka. Gue harus jadi penyemangat bukan yang disemangati. Gue tau gue bisa, dan gue yakin gue mampu. Sempat ragu diawal karena kabar pendakian ini tersebar dari mulut ke mulut yang bikin anak-anak kampus pada tau, secara otomatis mereka pengen ikut. Dengan tmpang topeng gue, gue ngakuin kalo gue gak naik. Gue yakinin mereka kalo itu cuma kabar burung. Muka gue yang terkenal dengan muka tipu-tipu membuat mereka setengah yakin setengah enggak dan akhirnya lenyap.
Pendakian ini sengaja dipas-pasin sebanyak 12 orang karena mengingat angkot yang muatnya cuma orang segitu. Gue perkenalin dulu sama pasukan 12 jam. Mau mulai dari mana dulu nih? Mulai dari yang paling tangguh nan gagah perkasa atau yang sreeettt sreeett nyeret kaki sampe puncak. Atau gue urutin dari abjad aja nih? Yaaap, ini dia versi menurut gue yaa.
Gue kenalin dari yang paling stronger then yesterday (sumpah nggak nyambung).
Ridwan Faudzi, ah secara simple udah gue deskripsiin di awal, dia adalah orang paling depan pas mau summit attack. Padahal ya sejujur-jujurnya gue itu adalah trek yang paling gak kuat, udah jalannya gak rata, batu pada labil, dan treknya membentuk sudut 45 derajat mulu, bikin ngis-ngosan sumpah. Perjalanan yang semestinya dari Kandang Badak (pos terakhir) adalah satu jam, nah kita malah 2 jam-an lebih gitu. Maklum kita adalah pendaki karbitan.
Selain si Ridwan, dia juga bawa 3 temennya yang merupakan anggota Angsana. Yap, Agus Suseno. Gue udah lumayan lama kenal ama nih orang, yoi saat gue ke UG (Ujung Genteng) kemarin gue ketemu dia ternyata dia adalah temen Ayu temen sejoli gue. Selama perjalanan nih orang bawa kompor, nesting dan barang-barang titipan kita lainnya. Haahaha secara sukarela, ntah sedikit memaksa dia bersedia membawa sampe puncak. Setelah Agus, ada juga si Maizar anak Teknik Benih nih, mukanya sih baiasa aja, tapi katanya dia ini playboy. Gue pun heran setengah mati. Dia orang yang paling santai, bawaannya enjoy. Rekomendasi kalo naik mending sambil liatin dia biar pas mau ngeluh capek jadi malu, dia aja si playboy bisa apalagi kita yang kriteria orang setia (sorry gak nyambung lag, efek ngetik malam nih). Selenjutnya ada si Ari, pendaki pemula tapi strong man! No coment buat dia dah, diam-diam tapi menghanyutkan. HAHAHA
Nah sekarang gue perkenalin anggota gue, pemula and the geng.Pertama si Rizal, cowok muda yang na'as hidupnya setelah dinobatkan sebagai cowok ter-bokep di angkatan. Dia adalah satu-satunya makhluk Tuhan diantara kita ber-12 yang bawa kamera SLR, secara otomatis dia paling sedikit fotonya.
Rokhmat Wicaksono, ini dia patner gue main kemana-mana. Dia orannya gak pernah ngeluh walopun sering kali gue omelin. Dia juga satu-satunya manusia yang bawa carrier dalam pendakian ini. Lebay sih, tapi gapalanya. Dia memang alay, tapi itu dulu. sekarang dia udah jadi orang yang sok-sok cool kalo di kampus. Males aing jadinya.
Rindi Siregar, ini dia si Borek. Strong sih kadang-kadang. Dia salah satu cewe yang tomboy tapi cantik (tolong dibayar karena udah dipuji). Dia on fire banget pas latihan fisik. Paling mebara lah diantara yang lain.
Fitri Lestari Dewi yang akrab di panggil De ini, selama perjalanan gue tau dia lesyuuu, dan gue juga tau tenaganya bisa lebih dari itu. Walopun sepanjang perjalanan dia terlihat yang paling capek, padahal kemarin pas di Baduy kita adalah geng depan yang hobi lari-lari. Begitulah kalo tamu tak diundang dateng. Gue salut, gue aja belum tentu bisa.
Wahyuni yang satu ini beda, kalo kemren pas di Baduy dia gak sekuat sekarang. Bayangin aja dia nyampe puncak lebih dulu dari gue. Hebat, conglatulation Ayu ku. Temen sejoli gue kalo otak gue lagi error.
Selanjutnya Nofliamd Sagita temen gue sekamar dari jaman dulu, jaman awal perantauan gue. Sejujurnya gue ngetik ini lagi di samping dia, bedanya dia lagi nonton TV dan gue lagi ngetik di depan TV. Dari awal gue udah yakin dia kuat, keliatan pas dari latihan fisik kita mampu coy. Patner headlamp gue pas penurunan kemaren. The best lah.
Terakhir gue, Rizqi Amaliyah Hafiz anak Bapak Hafiz orang yang palig cantik, kece badai, paling strong, paling cetar membahana dan sorry yang barusan fiktif belaka. Hhaha gue ya gue, apa adanya gue. Yang gue rasa benar gue pertahanin (apalah ini sok bijak kali).
Pejalanan kita mulai dari kosan sekitar jam 8 malam. Sayang seribu sayang kita harus berangkat jam 1 malam gegara angkotnya syusyah bet dah. Perjalanan 2 jam dari kampus menuju Cibodas. Tidur di warung merupakan pilihan terbaik saat itu. Padahal kalo gue disuruh milih mending gue tidur di kosan dah. Teng, tidur seadanya. Sholat subuh dan ngambil wudhu dengan air pegunungan itu rasanyaaaaaaaaaa. Dingin rek!
to be continue~
Sebelumnya gue udah latihan fisik denganjogging dan sit up tiap pagi, walaupun terkadang gue males dan gak ngelakuinnya dengan rutin, tapi setidaknya muscle gue gak kaget ntar kalo gue paksa kerja rodi. Motivasi gue cuma satu ketika ngelakuin ini semua, yaah setidaknya gue yang ngajak emen gue naek masa gue sendiri yang loyo, gue harus nyemangatin mereka. Gue harus jadi penyemangat bukan yang disemangati. Gue tau gue bisa, dan gue yakin gue mampu. Sempat ragu diawal karena kabar pendakian ini tersebar dari mulut ke mulut yang bikin anak-anak kampus pada tau, secara otomatis mereka pengen ikut. Dengan tmpang topeng gue, gue ngakuin kalo gue gak naik. Gue yakinin mereka kalo itu cuma kabar burung. Muka gue yang terkenal dengan muka tipu-tipu membuat mereka setengah yakin setengah enggak dan akhirnya lenyap.
Pendakian ini sengaja dipas-pasin sebanyak 12 orang karena mengingat angkot yang muatnya cuma orang segitu. Gue perkenalin dulu sama pasukan 12 jam. Mau mulai dari mana dulu nih? Mulai dari yang paling tangguh nan gagah perkasa atau yang sreeettt sreeett nyeret kaki sampe puncak. Atau gue urutin dari abjad aja nih? Yaaap, ini dia versi menurut gue yaa.
Gue kenalin dari yang paling stronger then yesterday (sumpah nggak nyambung).
Ridwan Faudzi, ah secara simple udah gue deskripsiin di awal, dia adalah orang paling depan pas mau summit attack. Padahal ya sejujur-jujurnya gue itu adalah trek yang paling gak kuat, udah jalannya gak rata, batu pada labil, dan treknya membentuk sudut 45 derajat mulu, bikin ngis-ngosan sumpah. Perjalanan yang semestinya dari Kandang Badak (pos terakhir) adalah satu jam, nah kita malah 2 jam-an lebih gitu. Maklum kita adalah pendaki karbitan.
Selain si Ridwan, dia juga bawa 3 temennya yang merupakan anggota Angsana. Yap, Agus Suseno. Gue udah lumayan lama kenal ama nih orang, yoi saat gue ke UG (Ujung Genteng) kemarin gue ketemu dia ternyata dia adalah temen Ayu temen sejoli gue. Selama perjalanan nih orang bawa kompor, nesting dan barang-barang titipan kita lainnya. Haahaha secara sukarela, ntah sedikit memaksa dia bersedia membawa sampe puncak. Setelah Agus, ada juga si Maizar anak Teknik Benih nih, mukanya sih baiasa aja, tapi katanya dia ini playboy. Gue pun heran setengah mati. Dia orang yang paling santai, bawaannya enjoy. Rekomendasi kalo naik mending sambil liatin dia biar pas mau ngeluh capek jadi malu, dia aja si playboy bisa apalagi kita yang kriteria orang setia (sorry gak nyambung lag, efek ngetik malam nih). Selenjutnya ada si Ari, pendaki pemula tapi strong man! No coment buat dia dah, diam-diam tapi menghanyutkan. HAHAHA
Nah sekarang gue perkenalin anggota gue, pemula and the geng.Pertama si Rizal, cowok muda yang na'as hidupnya setelah dinobatkan sebagai cowok ter-bokep di angkatan. Dia adalah satu-satunya makhluk Tuhan diantara kita ber-12 yang bawa kamera SLR, secara otomatis dia paling sedikit fotonya.
Rokhmat Wicaksono, ini dia patner gue main kemana-mana. Dia orannya gak pernah ngeluh walopun sering kali gue omelin. Dia juga satu-satunya manusia yang bawa carrier dalam pendakian ini. Lebay sih, tapi gapalanya. Dia memang alay, tapi itu dulu. sekarang dia udah jadi orang yang sok-sok cool kalo di kampus. Males aing jadinya.
Rindi Siregar, ini dia si Borek. Strong sih kadang-kadang. Dia salah satu cewe yang tomboy tapi cantik (tolong dibayar karena udah dipuji). Dia on fire banget pas latihan fisik. Paling mebara lah diantara yang lain.
Fitri Lestari Dewi yang akrab di panggil De ini, selama perjalanan gue tau dia lesyuuu, dan gue juga tau tenaganya bisa lebih dari itu. Walopun sepanjang perjalanan dia terlihat yang paling capek, padahal kemarin pas di Baduy kita adalah geng depan yang hobi lari-lari. Begitulah kalo tamu tak diundang dateng. Gue salut, gue aja belum tentu bisa.
Wahyuni yang satu ini beda, kalo kemren pas di Baduy dia gak sekuat sekarang. Bayangin aja dia nyampe puncak lebih dulu dari gue. Hebat, conglatulation Ayu ku. Temen sejoli gue kalo otak gue lagi error.
Selanjutnya Nofliamd Sagita temen gue sekamar dari jaman dulu, jaman awal perantauan gue. Sejujurnya gue ngetik ini lagi di samping dia, bedanya dia lagi nonton TV dan gue lagi ngetik di depan TV. Dari awal gue udah yakin dia kuat, keliatan pas dari latihan fisik kita mampu coy. Patner headlamp gue pas penurunan kemaren. The best lah.
Terakhir gue, Rizqi Amaliyah Hafiz anak Bapak Hafiz orang yang palig cantik, kece badai, paling strong, paling cetar membahana dan sorry yang barusan fiktif belaka. Hhaha gue ya gue, apa adanya gue. Yang gue rasa benar gue pertahanin (apalah ini sok bijak kali).
Pejalanan kita mulai dari kosan sekitar jam 8 malam. Sayang seribu sayang kita harus berangkat jam 1 malam gegara angkotnya syusyah bet dah. Perjalanan 2 jam dari kampus menuju Cibodas. Tidur di warung merupakan pilihan terbaik saat itu. Padahal kalo gue disuruh milih mending gue tidur di kosan dah. Teng, tidur seadanya. Sholat subuh dan ngambil wudhu dengan air pegunungan itu rasanyaaaaaaaaaa. Dingin rek!
to be continue~
Selasa, 22 Oktober 2013
Ujung Genteng Ujungnya Keindahan
Bismillahirrohmanirrohiim, akhirnya gue berkesempatan menulis lagi. Kali ini gue bakalan ngajakin kalian menelusuri Ujung Genteng. "Ujung Genteng? Lu naik ujung genteng ki? kenapa? gentengnya bocor ya?" seabrik pertanyaan polos dari temen gue. Yakali gue si cewek femnim kek gini mau naik atap rumah terus benerin genteng gitu, gak banget lah kayanya.
Ujung Genteng itu bagian paling ujung Sukabumi dah, gimana kagak gue udah hampir mampus di dalam bus gara-gara jalan yang berkelok gak berenti-berenti. Naik turun bukit dan ssusah nemu kota. Ditambah lagi macet parah. Tidur-bangun busnya gak gerak-gerak, esmosi gue. Alhasil perjalanan gue memakan dan meminum waktu 11 jam. Iyuh banget, udah nyampe Jogjes itu mah. Perjalanan gue kali ini bareng anak Angsana Diploma IPB. Jadi gue nebeng gitu, gak mau jadi anggota tapi mau ikut kegiatan mereka wae. Hahaha gue emang egois, EMANG!
Jadi kita sengaja berangkat tengah malem, sekitar jam 1. Bilangnya sih supaya terhidar dari kemacetan. Sepik doang, di titik kemacetan butuh waktu setengah jam buat gerakin bus dan itu juga hanya 2 meter broh. Kebayang gak sih gimana betenya. Capek iya sih, apalagi beberapa jam sebelumnya gue abis jatoh dan lebam gede di kaki kiri gue. Ini semua gara-gara Dino ! Iya gara-gara Dino Ultah walopun gue dibayar dengan makan 2 porsi, dan satu porsinya kebuang. Katro sih gak bisa makan beef, itu piring hampir melayang saking kerasnya. Eh eh back to Ujung Genteng.
Dari kejauhan gue udah ngeliat lautan, kek pantai gitu. Beeeeeeehhh mata gue langsung melek broh, semua pegel-pegel ilang. Pengen nyemplung rasanya, nananna~ akhirnya gue bersenandung. Gue kira setelah gue ngeliat pantai otomatis gue bakalan nyampe dalam waktu 15 menit lagi lah paling lama, dan ternyata gue salah besar broh, hampir satu jam gue bener-bener baru nyampe. Setiba di villa gue laper berat, seafood pun siap disantap. Sejujurnya gue gak suka acara kek ginian, maksudnya gue gak suka kalo jalan nebeng-nenbeng orang gitu, selain gue gak free dan tergantung susunan acara yah gue juga gak suka diatur-atur. Jalan-jalan kok diatur, kumaha ih. Tapi namanya juga nebeng organisasi orang. Ada dua hal yang bikin gue nafsu berat buat nebeng, pertama karena akses menuju sini teh jauuuuh deui, kedua karena setelah gue pikir-pikir dan hitung-menghitung biaya yang dikeluarkan jauh lebih slim kalo ikut nebeng. Gue bersyukur banget bisa nginjakin kaki di Ujung Genteng. Dari semester pertama gue pengen ke sini, searching-searching ampe gak pernah bosan dan akhirnya uuuuukhhhh, Thanks God :)
Menurut cerita, jarak tempuh normal dari kota Bogor mah cuma 8jaman gitu, mungkin karena macet parah jadi 11 jam. Medannyapun beragam, mulai dari jalan lurus, padat penduduk, sepi, padat mobil, berkelok, sampe jalan berbatupun kita lalui.
Ujung Genteng, mata gue pertama kalinya disampbut pantai yang bercadas dan ombak yang gak terlalu besar. Terdapat karang-karang dimana biasanya para pencari ikan atau akrabnya dengan nelayan akan menyandarkan perahu mereka di cadas ini.Pemandangan yang bisa gue liat langsung dari villa ini begitu menentramkan. Seketika gue pengen pindah ke sana, selain sunyi dan fresh banget gue juga suka suara air lautnya. Itu belum seberapa, sesuai namanya Ujung Genteng semakin ke ujung semakin keren, semakin ketemu sense surga kecil-Nya.
Setelah makan dan segla macem, acara selanjutnya adalah ke Penangkaran Penyu. Disana kita diberi materi dan melihat anak tukik di lepas ke lautan secara langsung. Sayangnya anak tukik gak bisa kita pegang karena bakalan mengurangi sensor pengingatnya terhadap tempat dimana dia dilahirkan yang bertujuan agar ketika dia siap bertelur dia akan kembali ke daratan tempat pertama kali dia menetas. Biasanya di Penangkaran Penyu ini dilakukan pelepasan secara masal di jam 17.30an ketika matahari mulai terbenam. Selama menunggu jamnya gue main dulu broh di pantainya sambil berburu sunset.oh ya gue juga vidioin loh
Ini foto pelepasan tukik, lucu pisan. Syang gak bisa dipegang.
setelah puas ngeliat anak tukik yang terombang ambing di bibir pantai, gue pun akhirnya pulang ke villa. Dengan kondisi muka khas gembel gue, guepun akhirnya memecahkan rekor mandi ber-6 di kamar mandi. Bersama orang-orang yang baru dikenal lagi, hahha kocak dah (its not to expose).
Malam pun begitu cepat menjemput, kita diharuskan naik ke bus untuk melihat penyu naik dan bertelur di bibir pantai. Usia relatif buat penyu bertelur adalah 28-30 tahu. Ebuseeeet tuir mat yak. Dari 1000 tukik yang dilepas hanya akan ada 1 penyu yang kembali bertelur di sana. Penyunya pun akan mencari makan samapai Lautan Australi. Gileeee ! Pake visa gak ya?
Selama melihat penyu yang naik ke bibir pantai, kita dilarang keras buat bawa barang yang bisa mengeluarkan cahaya. Karena itu bakalan menghalangi penyu-penyu lain yang akan naik ke bibir pantai. Penyu sangat sensitif dengan cahaya, kecuali cahaya merah.
Disaat penyu bertelur dia kan mengeluarkan cairan dimatanya (seperti menangis)yang fungsinya untuk mengurangi tingkat kepedihan karena diamatanya terdapat kelenjar sekresi garam di belakang matanya.
Karena penyu sangat sensitif maka kamipun harus hati, penerang yang sempurna dari bulan. Bisu gue bener-bener bisu. Pertama kalinya gue ke pantai malem-malem. Pemandangan rembulan dan ombak yang indah broh, speachless gue. Tiba-tiba kangen orang rumah, tiba-tiba kangen temen gue dan tiba-tiba kangen Mamang. Owalah, seandainya gue bisa menikmati indahnya malam ini bersama mereka. Lebih dari kata perfect yang bisa gue lukiskan malam itu. Mungkin suatu saat :)
Kali pertamanya ngeliat penyu dan ternyata gede pisan euy.
Esoknya gue puasa dan hunting foto selama anak-anak breakfast. Airnya jernih euy.
Setelah puas hunting dan nyari oleh-oleh buat temen kosan tercinta (kerang) gue pun akhirnya diharuskan naik bus, kali ini kita ke pantai yang jauh lagi, yang lebih ujung lagi. Namanya pantai pasir putih. Jauuuuuuuh men jauuuuh jalan kaki sekitar 15-20 menit dari pemberhentian terakhir bus (kita menggunakan bus pribdai, dissarankan untuk menyewa motor aja). Panas dan jalan yang gersang membuat niatan ini menjadi surut. Semak-semak bakau dengan jalan yang tandus gak rata adalah jawaban dari keindahan yang sesuangguhnya. Setelah gue ngeliat pantainya dari balik semak-semak bakau guepun langsung teriak dan lari sekenceng-kencengnya "GILAK KEREN" bersih banget, pasirnya halus, ombaknay teratur, luaaaaasss dan sepi. Serasa pantai milik pribadi. Seketika gue melupakan jalan yang gue tempuh tadi. Terbalaskan sangat.
Gak cuma pasirnya yang lembut disini juga terdapat karang-karang yang menjulang tinggi dengan permukaan yang tajam. Gak masalah buat gue, sekalinya kaki ini adalah korban utama dari keindahan yang gak bisa disebutin. Rekomendasi banget dah. Pecaham ombaknya juga gak kalah keren. Sempurna lah sudah.
Setelah puas menelusuri karang yang tajam itu, akhirnya gue dipaksa pulang. Saking bandelnya gue diteriakin sama anak-anak. Ini nih yang bikin males -,-
Gue masih penasaran sama jalan yang semakin ke ujung, sepertinya bakalan ada kejutan lagi dah. Penasaran gue dikalahkan waktu dan gue harus back to Bogor. Lusa gue Ujian Praktikum soalnya.
Alhamdulillah masih bisa menikmati surga kecil-Nya. Berhubung besoknya adalah hari raya idul adha, so kita takbiran di perjalanan yang penuh kemacetan. Terima kasih ya Robb, janji bakalan kesana lagi dah bareng sahabat-sahabat tersayang untuk menelusuri ujung-ujungnya lagi:)
Terima kasih Ujung Genteng yang semakin ke ujung semakin keren.
Ujung Genteng itu bagian paling ujung Sukabumi dah, gimana kagak gue udah hampir mampus di dalam bus gara-gara jalan yang berkelok gak berenti-berenti. Naik turun bukit dan ssusah nemu kota. Ditambah lagi macet parah. Tidur-bangun busnya gak gerak-gerak, esmosi gue. Alhasil perjalanan gue memakan dan meminum waktu 11 jam. Iyuh banget, udah nyampe Jogjes itu mah. Perjalanan gue kali ini bareng anak Angsana Diploma IPB. Jadi gue nebeng gitu, gak mau jadi anggota tapi mau ikut kegiatan mereka wae. Hahaha gue emang egois, EMANG!
Jadi kita sengaja berangkat tengah malem, sekitar jam 1. Bilangnya sih supaya terhidar dari kemacetan. Sepik doang, di titik kemacetan butuh waktu setengah jam buat gerakin bus dan itu juga hanya 2 meter broh. Kebayang gak sih gimana betenya. Capek iya sih, apalagi beberapa jam sebelumnya gue abis jatoh dan lebam gede di kaki kiri gue. Ini semua gara-gara Dino ! Iya gara-gara Dino Ultah walopun gue dibayar dengan makan 2 porsi, dan satu porsinya kebuang. Katro sih gak bisa makan beef, itu piring hampir melayang saking kerasnya. Eh eh back to Ujung Genteng.
Dari kejauhan gue udah ngeliat lautan, kek pantai gitu. Beeeeeeehhh mata gue langsung melek broh, semua pegel-pegel ilang. Pengen nyemplung rasanya, nananna~ akhirnya gue bersenandung. Gue kira setelah gue ngeliat pantai otomatis gue bakalan nyampe dalam waktu 15 menit lagi lah paling lama, dan ternyata gue salah besar broh, hampir satu jam gue bener-bener baru nyampe. Setiba di villa gue laper berat, seafood pun siap disantap. Sejujurnya gue gak suka acara kek ginian, maksudnya gue gak suka kalo jalan nebeng-nenbeng orang gitu, selain gue gak free dan tergantung susunan acara yah gue juga gak suka diatur-atur. Jalan-jalan kok diatur, kumaha ih. Tapi namanya juga nebeng organisasi orang. Ada dua hal yang bikin gue nafsu berat buat nebeng, pertama karena akses menuju sini teh jauuuuh deui, kedua karena setelah gue pikir-pikir dan hitung-menghitung biaya yang dikeluarkan jauh lebih slim kalo ikut nebeng. Gue bersyukur banget bisa nginjakin kaki di Ujung Genteng. Dari semester pertama gue pengen ke sini, searching-searching ampe gak pernah bosan dan akhirnya uuuuukhhhh, Thanks God :)
Menurut cerita, jarak tempuh normal dari kota Bogor mah cuma 8jaman gitu, mungkin karena macet parah jadi 11 jam. Medannyapun beragam, mulai dari jalan lurus, padat penduduk, sepi, padat mobil, berkelok, sampe jalan berbatupun kita lalui.
Ujung Genteng, mata gue pertama kalinya disampbut pantai yang bercadas dan ombak yang gak terlalu besar. Terdapat karang-karang dimana biasanya para pencari ikan atau akrabnya dengan nelayan akan menyandarkan perahu mereka di cadas ini.Pemandangan yang bisa gue liat langsung dari villa ini begitu menentramkan. Seketika gue pengen pindah ke sana, selain sunyi dan fresh banget gue juga suka suara air lautnya. Itu belum seberapa, sesuai namanya Ujung Genteng semakin ke ujung semakin keren, semakin ketemu sense surga kecil-Nya.
Setelah makan dan segla macem, acara selanjutnya adalah ke Penangkaran Penyu. Disana kita diberi materi dan melihat anak tukik di lepas ke lautan secara langsung. Sayangnya anak tukik gak bisa kita pegang karena bakalan mengurangi sensor pengingatnya terhadap tempat dimana dia dilahirkan yang bertujuan agar ketika dia siap bertelur dia akan kembali ke daratan tempat pertama kali dia menetas. Biasanya di Penangkaran Penyu ini dilakukan pelepasan secara masal di jam 17.30an ketika matahari mulai terbenam. Selama menunggu jamnya gue main dulu broh di pantainya sambil berburu sunset.oh ya gue juga vidioin loh
Ini foto pelepasan tukik, lucu pisan. Syang gak bisa dipegang.
setelah puas ngeliat anak tukik yang terombang ambing di bibir pantai, gue pun akhirnya pulang ke villa. Dengan kondisi muka khas gembel gue, guepun akhirnya memecahkan rekor mandi ber-6 di kamar mandi. Bersama orang-orang yang baru dikenal lagi, hahha kocak dah (its not to expose).
Malam pun begitu cepat menjemput, kita diharuskan naik ke bus untuk melihat penyu naik dan bertelur di bibir pantai. Usia relatif buat penyu bertelur adalah 28-30 tahu. Ebuseeeet tuir mat yak. Dari 1000 tukik yang dilepas hanya akan ada 1 penyu yang kembali bertelur di sana. Penyunya pun akan mencari makan samapai Lautan Australi. Gileeee ! Pake visa gak ya?
Selama melihat penyu yang naik ke bibir pantai, kita dilarang keras buat bawa barang yang bisa mengeluarkan cahaya. Karena itu bakalan menghalangi penyu-penyu lain yang akan naik ke bibir pantai. Penyu sangat sensitif dengan cahaya, kecuali cahaya merah.
Disaat penyu bertelur dia kan mengeluarkan cairan dimatanya (seperti menangis)yang fungsinya untuk mengurangi tingkat kepedihan karena diamatanya terdapat kelenjar sekresi garam di belakang matanya.
Karena penyu sangat sensitif maka kamipun harus hati, penerang yang sempurna dari bulan. Bisu gue bener-bener bisu. Pertama kalinya gue ke pantai malem-malem. Pemandangan rembulan dan ombak yang indah broh, speachless gue. Tiba-tiba kangen orang rumah, tiba-tiba kangen temen gue dan tiba-tiba kangen Mamang. Owalah, seandainya gue bisa menikmati indahnya malam ini bersama mereka. Lebih dari kata perfect yang bisa gue lukiskan malam itu. Mungkin suatu saat :)
Kali pertamanya ngeliat penyu dan ternyata gede pisan euy.
Esoknya gue puasa dan hunting foto selama anak-anak breakfast. Airnya jernih euy.
Setelah puas hunting dan nyari oleh-oleh buat temen kosan tercinta (kerang) gue pun akhirnya diharuskan naik bus, kali ini kita ke pantai yang jauh lagi, yang lebih ujung lagi. Namanya pantai pasir putih. Jauuuuuuuh men jauuuuh jalan kaki sekitar 15-20 menit dari pemberhentian terakhir bus (kita menggunakan bus pribdai, dissarankan untuk menyewa motor aja). Panas dan jalan yang gersang membuat niatan ini menjadi surut. Semak-semak bakau dengan jalan yang tandus gak rata adalah jawaban dari keindahan yang sesuangguhnya. Setelah gue ngeliat pantainya dari balik semak-semak bakau guepun langsung teriak dan lari sekenceng-kencengnya "GILAK KEREN" bersih banget, pasirnya halus, ombaknay teratur, luaaaaasss dan sepi. Serasa pantai milik pribadi. Seketika gue melupakan jalan yang gue tempuh tadi. Terbalaskan sangat.
Gak cuma pasirnya yang lembut disini juga terdapat karang-karang yang menjulang tinggi dengan permukaan yang tajam. Gak masalah buat gue, sekalinya kaki ini adalah korban utama dari keindahan yang gak bisa disebutin. Rekomendasi banget dah. Pecaham ombaknya juga gak kalah keren. Sempurna lah sudah.
Setelah puas menelusuri karang yang tajam itu, akhirnya gue dipaksa pulang. Saking bandelnya gue diteriakin sama anak-anak. Ini nih yang bikin males -,-
Gue masih penasaran sama jalan yang semakin ke ujung, sepertinya bakalan ada kejutan lagi dah. Penasaran gue dikalahkan waktu dan gue harus back to Bogor. Lusa gue Ujian Praktikum soalnya.
Alhamdulillah masih bisa menikmati surga kecil-Nya. Berhubung besoknya adalah hari raya idul adha, so kita takbiran di perjalanan yang penuh kemacetan. Terima kasih ya Robb, janji bakalan kesana lagi dah bareng sahabat-sahabat tersayang untuk menelusuri ujung-ujungnya lagi:)
Terima kasih Ujung Genteng yang semakin ke ujung semakin keren.
Minggu, 18 Agustus 2013
Masa SMA - Masa Remaja di Gedung Berlantai Tiga
“Ceremony begin”, “morning assembly begin” – “attention! To the front present arm! Order arm!” – “report ten two complete, eleven sains four one sick and two permition, twelve sains one all sweets report finish” – “oke report accept, comeback!” – “comeback” *balik kanan, kembali ke barisan. – “Report ceremony begin” – “comeback!” – “ladies and gentleman, Assalamu’alaikum wr.wb. Firstly I wanna say thanks to the God bacause I can stand up here with good condition, and the second I would like to say thanks to my classs advisor Miss … and my classmate… *yel-yel kelas*. Oke in this afternoon/ morning I wanna bla bla bla….”
Itu kata-kata yang tiap pagi sore gue denger pas apel pagi maupun sore. Ketika kata-kata itu terdengar di pagi hari, hal yang pasti dilakukan adalah berlari kencang dari pos satpam sembari melemparkan tas ntah kemana berharap buku poin tidak diisi. Atau di sore hari, satu kelas akan berlari meskipun di lantai tiga tabrak-tabrakan nyari sepatu dan bahkan tidak jarang memakai sepatu di barisan. Itu jaman SMA. Jaman dimana masa remaja gue dihabiskan begitu saya di gedung bertingkat tiga.
Berangkat dari rumah jam 6 pagi, apel pagi lalu pulangpun tak jarang di angka jam yang sama. Yah pulang jam 6 sore ketika satpam memaksa pulang. Menghabiskan waktu walau hanya bergitar bernyanyi ria, menari-nari indah di lapangan basket dengan sepatu PDH atau hanya memakai kaos kaki saja. Jauh lebih mengasyikkan dari pada harus pulang ke rumah. Bubar dari barisan apel sore (16.20) biasanya saya dan segelintir teman saya akan berlari-lari kecil mengejar mamang pentol di depan gerbang sekolah. Menikmatinya bersama teman di sudut-sudut sekolah sungguh itu momen gue banget. Melihat anak asrama yang menyegerakan ganti baju untuk bermain voli atau bahkan futsal udah biasa banget. Masa-masa gue dimana remaja gue bukan seperti mereka yang menghabiskan waktu bermain dengan geng motor atau mungkin makan kesana kemari, jalan sana jalan sini. Kalo gue? Yah hanya sebatas pagar sekolah, gak ada baju-baju bagus untuk bermain, karena yang gue tau cuma baju sekolah dan sekolah.
Cukup betah menghabiskan masa remaja di dalam ruang ber-AC kedap suara dan dilengkapi proyektor dan speaker. Sekedar untuk menonton film ala bioskop di kelas ketika jam pelajaran kosong. Meja dan bangku yang nyaman, tak jarang tidur di kelas yang bersih itu walau kita tak pernah piket. Ini masa gue banget, jam kosong dihabiskan dengan menonton atau bermain kartu sambil makan-makan di kelas. Walaupun ada CCTV, tak masalah sedikitpun karena jarang ada yang jaga CCTV dari kantor. Guru-guru muda datangan dari luar kota yang disaring begitu ketat. Bagaimana tidak ini sekolah RSBI. Sekolah Adiwiyata. Sekolah gratis dengan fasilitas fantastis. Makan siang dan asramapun GRATIS! Ah lupakan kalian pasti ga sanggup denger.
Dulu waktu kelas sepuluh, saya terkena syndrome Smanda, dimana gue shock harus menerima kenyataan untuk menggunakan bahasa Inggris disetiap pelajaran. Gimana mau nyerap pelajaran kalo itu guru ngomong apa juga gak ngerti. Apalagi pake kurikulum IGCSE, ampuuun itu buku apa banget lah. Tebelnya gak ketulung, harus dibawa tiap hari lagi. Yang gue ingat buku yang paling tipis itu buku Bahasa Inggris dan yang paling tebel itu Matematika. Udah tebel, pake Bahasa Inggris lagi yang ngajar juga serem-serem lagi, hukumannya aneh-aneh kadang keluar kelas muka penuh coretan spidol gara-gara gak ngucapin dalam Bahasa Inggris atau kalah dalam game. Perlengkapan sebelum masuk kelaspun melebihi perlengkapan tentara ketika mau perang melawan sekutu. “ my dear students, don’t forget to bring bordmarker, nametag, oxford dictionary, calculator, blab la bla ha ho ha hoo” apalah itu. Itu masa terkelam gue selama SMA. Masa dimana pertumbuhan gue tehambat gara-gara harus membawa buku tebelnya ampun dah.
Setelah gue menginjak kelas sebelas, perubahan 100 persen terjadi. Bagaimana tidak saya bertemu mereka orang-orang yang sealiran sama saya walopun kita Cuma berlima belas. Kocak parah. Gila parah. Ini masa-masa gue yang gabisa lepas dari otak gue. Masa dimana gue minggat dari kelas, masa dimana hukuman datang bertubi-tubi, gak masuk pelajaran berkali-kali, males moving class, mulai mengenal dunia malam walau hanya minum es kelapa muda atau menggigit sekutil pempek panggang, menghabiskan waktu berjam-jam di kantin, masa gue mulai mengnenal mencontek dengan cara tidak halal, bolos sekolah hanya untuk karoke, dancing setiap pelajaran kosong, royalitas antara teman sangat nyata, gak pernah ada masalah dengan duit, pertama kali gue nangis bareng satu kelas, sekecil apapun momen itu passti dirayakan, tidur bareng dalam satu ruangan ketika menjelang ujian, makan satu untuk semua,pelukan sampe impit-impitan ketika lampu padam, cerita, bernyanyi tiada batas, membuat mereka semua iri dengan solidaritas kita, masa-masa jaya gue selaku seorang remaja. Gue kangeeeeeeeeennn :’(
Sampai saat ini, dunia gue melekat banget sama mereka. Duniapun tahu akan hal ini.
Setelah kelas dua belas? Inilah masa gue mulai merangkak dewasa, memulai keseriusan belajar. Kalo kelas sebelas gak pernah ngerjain PR. Kalo sekarang ada jam kosongpun ngerjain soal-soal. Saatnya gue move on dari masa remaja gue. Move on dengan merangkak, mencari bibit-bibit yang tersisa yang sealiran sama gue. Hanya sedikit, karena guru begitu tau kita seperti apa, merekapun memisahkan kita hingga rangkaian terkecil. Tak masalah, disini dalam rangkakakan gue menuju kedewasaan, gue dibimbing temen-temen yang begitu lunak hatinya untuk menerima saya, mengajarkan saya banyak hal. Membantu saya move on. Ini kelas yang berkesan, walau di awal wali kelas saya yang kebetulan guru dekat saya sewaktu kelas sebelas begitu banyak motivasi untuk move on. Ah masa-masa SMA gue emang gak akan pernah bisa ditumpahkan disini sepenuhnya.
Kangen tidur di toilet sambil nonton film bareng temen-temen (aseli toiletnya wangi and bersih), kangen juga mandi masal di toilet sekolah sembari melemparkan sabun dari kamar mandi ujung satu sampai keujung lainnya. Teriak-teriak “wooiii sabun woooiii!” kangen rebutan wifi satu kelas “minggir woi jangan disini, ntar jaringannya lemot”. Kangen beli kaos kaki yang rutin bolong. Kangen lari-lari ke cafeteria hanya untuk menebak hari ini makan lauk apa. Kangen diteriakin guru kalo lagi makan sendok gak boleh bunyi, makan gak boleh bersuara, atau bahkan “WAKTU TINGGAL 5 MENIT LAGI!” hahahhah antrian panjang hanya untuk mengembalikan piring kotor. Kangen sholat berjamaah di kelas. Kangen dihukum gara-gara makan salah gelombang sampe diumumin di apel. Kangen bikin yel-yel kelas ketika kelas jadi master of ceremony. Kangen gak buat PR satu kelas terus dihukum hormat tiang bendera. Kangen moving class sambil lari-lari eh macet di tangga gara-gara semua kelas pada moving class. Kangen ketika harus baris di belakang hanya untuk menyembunyikan kalau ada perlengkapan yang lupa dipakai (entah ikat pinggang, dasi, topi atau name tag) Aaaaaahh so many. I realy miss it !
Itu kata-kata yang tiap pagi sore gue denger pas apel pagi maupun sore. Ketika kata-kata itu terdengar di pagi hari, hal yang pasti dilakukan adalah berlari kencang dari pos satpam sembari melemparkan tas ntah kemana berharap buku poin tidak diisi. Atau di sore hari, satu kelas akan berlari meskipun di lantai tiga tabrak-tabrakan nyari sepatu dan bahkan tidak jarang memakai sepatu di barisan. Itu jaman SMA. Jaman dimana masa remaja gue dihabiskan begitu saya di gedung bertingkat tiga.
Berangkat dari rumah jam 6 pagi, apel pagi lalu pulangpun tak jarang di angka jam yang sama. Yah pulang jam 6 sore ketika satpam memaksa pulang. Menghabiskan waktu walau hanya bergitar bernyanyi ria, menari-nari indah di lapangan basket dengan sepatu PDH atau hanya memakai kaos kaki saja. Jauh lebih mengasyikkan dari pada harus pulang ke rumah. Bubar dari barisan apel sore (16.20) biasanya saya dan segelintir teman saya akan berlari-lari kecil mengejar mamang pentol di depan gerbang sekolah. Menikmatinya bersama teman di sudut-sudut sekolah sungguh itu momen gue banget. Melihat anak asrama yang menyegerakan ganti baju untuk bermain voli atau bahkan futsal udah biasa banget. Masa-masa gue dimana remaja gue bukan seperti mereka yang menghabiskan waktu bermain dengan geng motor atau mungkin makan kesana kemari, jalan sana jalan sini. Kalo gue? Yah hanya sebatas pagar sekolah, gak ada baju-baju bagus untuk bermain, karena yang gue tau cuma baju sekolah dan sekolah.
Cukup betah menghabiskan masa remaja di dalam ruang ber-AC kedap suara dan dilengkapi proyektor dan speaker. Sekedar untuk menonton film ala bioskop di kelas ketika jam pelajaran kosong. Meja dan bangku yang nyaman, tak jarang tidur di kelas yang bersih itu walau kita tak pernah piket. Ini masa gue banget, jam kosong dihabiskan dengan menonton atau bermain kartu sambil makan-makan di kelas. Walaupun ada CCTV, tak masalah sedikitpun karena jarang ada yang jaga CCTV dari kantor. Guru-guru muda datangan dari luar kota yang disaring begitu ketat. Bagaimana tidak ini sekolah RSBI. Sekolah Adiwiyata. Sekolah gratis dengan fasilitas fantastis. Makan siang dan asramapun GRATIS! Ah lupakan kalian pasti ga sanggup denger.
Dulu waktu kelas sepuluh, saya terkena syndrome Smanda, dimana gue shock harus menerima kenyataan untuk menggunakan bahasa Inggris disetiap pelajaran. Gimana mau nyerap pelajaran kalo itu guru ngomong apa juga gak ngerti. Apalagi pake kurikulum IGCSE, ampuuun itu buku apa banget lah. Tebelnya gak ketulung, harus dibawa tiap hari lagi. Yang gue ingat buku yang paling tipis itu buku Bahasa Inggris dan yang paling tebel itu Matematika. Udah tebel, pake Bahasa Inggris lagi yang ngajar juga serem-serem lagi, hukumannya aneh-aneh kadang keluar kelas muka penuh coretan spidol gara-gara gak ngucapin dalam Bahasa Inggris atau kalah dalam game. Perlengkapan sebelum masuk kelaspun melebihi perlengkapan tentara ketika mau perang melawan sekutu. “ my dear students, don’t forget to bring bordmarker, nametag, oxford dictionary, calculator, blab la bla ha ho ha hoo” apalah itu. Itu masa terkelam gue selama SMA. Masa dimana pertumbuhan gue tehambat gara-gara harus membawa buku tebelnya ampun dah.
Setelah gue menginjak kelas sebelas, perubahan 100 persen terjadi. Bagaimana tidak saya bertemu mereka orang-orang yang sealiran sama saya walopun kita Cuma berlima belas. Kocak parah. Gila parah. Ini masa-masa gue yang gabisa lepas dari otak gue. Masa dimana gue minggat dari kelas, masa dimana hukuman datang bertubi-tubi, gak masuk pelajaran berkali-kali, males moving class, mulai mengenal dunia malam walau hanya minum es kelapa muda atau menggigit sekutil pempek panggang, menghabiskan waktu berjam-jam di kantin, masa gue mulai mengnenal mencontek dengan cara tidak halal, bolos sekolah hanya untuk karoke, dancing setiap pelajaran kosong, royalitas antara teman sangat nyata, gak pernah ada masalah dengan duit, pertama kali gue nangis bareng satu kelas, sekecil apapun momen itu passti dirayakan, tidur bareng dalam satu ruangan ketika menjelang ujian, makan satu untuk semua,pelukan sampe impit-impitan ketika lampu padam, cerita, bernyanyi tiada batas, membuat mereka semua iri dengan solidaritas kita, masa-masa jaya gue selaku seorang remaja. Gue kangeeeeeeeeennn :’(
Sampai saat ini, dunia gue melekat banget sama mereka. Duniapun tahu akan hal ini.
Setelah kelas dua belas? Inilah masa gue mulai merangkak dewasa, memulai keseriusan belajar. Kalo kelas sebelas gak pernah ngerjain PR. Kalo sekarang ada jam kosongpun ngerjain soal-soal. Saatnya gue move on dari masa remaja gue. Move on dengan merangkak, mencari bibit-bibit yang tersisa yang sealiran sama gue. Hanya sedikit, karena guru begitu tau kita seperti apa, merekapun memisahkan kita hingga rangkaian terkecil. Tak masalah, disini dalam rangkakakan gue menuju kedewasaan, gue dibimbing temen-temen yang begitu lunak hatinya untuk menerima saya, mengajarkan saya banyak hal. Membantu saya move on. Ini kelas yang berkesan, walau di awal wali kelas saya yang kebetulan guru dekat saya sewaktu kelas sebelas begitu banyak motivasi untuk move on. Ah masa-masa SMA gue emang gak akan pernah bisa ditumpahkan disini sepenuhnya.
Kangen tidur di toilet sambil nonton film bareng temen-temen (aseli toiletnya wangi and bersih), kangen juga mandi masal di toilet sekolah sembari melemparkan sabun dari kamar mandi ujung satu sampai keujung lainnya. Teriak-teriak “wooiii sabun woooiii!” kangen rebutan wifi satu kelas “minggir woi jangan disini, ntar jaringannya lemot”. Kangen beli kaos kaki yang rutin bolong. Kangen lari-lari ke cafeteria hanya untuk menebak hari ini makan lauk apa. Kangen diteriakin guru kalo lagi makan sendok gak boleh bunyi, makan gak boleh bersuara, atau bahkan “WAKTU TINGGAL 5 MENIT LAGI!” hahahhah antrian panjang hanya untuk mengembalikan piring kotor. Kangen sholat berjamaah di kelas. Kangen dihukum gara-gara makan salah gelombang sampe diumumin di apel. Kangen bikin yel-yel kelas ketika kelas jadi master of ceremony. Kangen gak buat PR satu kelas terus dihukum hormat tiang bendera. Kangen moving class sambil lari-lari eh macet di tangga gara-gara semua kelas pada moving class. Kangen ketika harus baris di belakang hanya untuk menyembunyikan kalau ada perlengkapan yang lupa dipakai (entah ikat pinggang, dasi, topi atau name tag) Aaaaaahh so many. I realy miss it !
Langganan:
Postingan (Atom)