24 Mei 2013 – 2:11 PM
Jemari ini rindu akan keakrabannya bersama keyboard yang berdebu ini. Masih dengan laptop yang sama, kali ini ia menjadi saksi kebisuanku dalam lamunan. Seperempat malam ini menyuguhkanku kenangan-kenangan akan bangunan tua yang berada di tengah kampung. Dibangun berdasarkan hasil jerih payah kerukunan keluarga. Menguak semua yang pernah terjadi. Kesunyian malam ini memberikanku memutar otakku, memutar balikkan pikiranku untuk mengingat bangunan tua yang bertahun-tahun memberikanku pengalaman hidup. Kasih sayang dan kehangatan itu sudah terasa sampai ribuan radius kilometer. Sayang, semunya tidak dapat terdeteksi sampai ke kota perantauanku ini. Merindukannya? Daun itu merontokkan dirinya dari dahan yang sedikit mengering, memberi keikhlasan akan nutrisi yang tak mampu ia suplai kedalam struktur selnya. Seperti halnya membiasakan diri untuk tidak berkutat pada sebuah kenangan. Membiasakan diri tanpa kabar sekalipun itu hal yang kurang patut diterapkan dalam pembalasan budi.
Angin itu menggerakkan ranting yang terbeban daun, menggoyangkannya dengan ritme yang menenangkan. Menenangkan bagi siapapun yang menikmatinya. Menghipnotis pikiran akan masa lalu. Dimana ketika kesenangan dan kebersamaan itu nyata. Bukan sekedar kepingan-kepingan yang sulit untuk disusun kembali. Kepingan yang tak berbentuk mainan puzzle. Kepingan itu tak akrab dijemariku, bahkan sangat membingungkan, apa yang sebenarnya terjadi? Masalaluku dan perjuanganku sekarang.
Seperempat malam ini, seperempat umur hidupku. Seperempat khayalan yang akan membawaku dan keluargaku menuju evolusi perubahan kejiawaan yang baru. Seperempat masa itu, untukku. Selebihnya waktu bersama evolusi kesuksesanku akan kuhabiskan dan kuserahkan semuanya untuk keluargaku dan mereka yang tersayang. Seperempat hati kecilku lagi mencari. Mencari seperempat kepingan hati untuk jalan kehidupan yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar