Assalamua'alaikum readers (sambil ngaca). Di postingan sebelumnya gw udah kerja, tapi sekarang gw udah bukan pegawai lagi. Sekarang gw balik jadi mahasiswa lagi. Jangan tanya perasaannya kaya gimana, campur aduk kaya diubek-ubek. Seneng iya, sedih iya, resah iya. Pokoknya susah buat dideskripsikan (intro yang gak penting banget). Brawijaya University, kampus baru gw. Sekarang gw baru semester 1, doain aja 1 tahun lagi gw kelarin S1 gw di sini. Minggu pertama di Malang gw belom masuk kuliah, jadi gw selama seminggu itu kerjanya main aja. Setelah searching di instagram, akhirnya siang itu gw memutuskan buat main ke Jodipan. Apa sih Jodipan? Jodipan itu nama sebuah kampung yang ada di Malang (lokasinya cek google maps).
Kampung ini dulunya adalah kampung kumuh yang kurang terawat. Atas inisiatif mahasiswa UMM dan sponsor cat lainnya akhirnya kampung ini menjadi kampung warna warni yang apik tenan. Cocok banget lah buat kalian yang hobi selfie and Instagram addict! Pertama kali gw ke sini itu masih dalam proses pengecatan tapi sebagian udah jadi kok. Jadi gw tetep bisa ngeksis. Nah yang gw sukai pas ke sini itu adalah, gw bantuin mas-masnya ngecat gang (biar gw punya kenang-kenangan). Orang-orangnya ramah-ramah banget. Keren bangetlah mahasiswa yang punya ide secermlang ini. Kenapa gw bisa bilang gitu. Jadi pas pertama kali gw ke sana Jodipan itu terpisahkan oleh sungai, nah antara sisi kanan dan kiri sungai itu sangat kontras perbedaannya. Satunya udah full dicat, satunya belom dicat sama sekali. Kebayang dong versi item putih dan warna kaya apa. Nah, karena gw gatau nih Jodipan di Instagram itu kaya apa akhirnya gw malah masuk ke yang versi item putih. Abis itu gw bandingin ke versi warna. Jauh beda! Lebih terawat, lebih apik, dan yang pasti masyarakatnya juga bisa sambil bisnis jualan air minum atau semacam cemilan lah buat para pengunjung yang kelaparan atau bahkan kehausan. Jadi secara tidak langsung program mereka ini membuka lapangan kerja bagi penduduk/ warga yang ada di kampung itu.
Penduduk Jodipan juga sangat antusias sama pengunjung yang hadir. Bahkan,gw yang waktu itu lagi kebingungan mau jalan kemana malah dikasi tau sama ibu-ibu yang lagi duduk di depan rumah mereka. Ibu itu bilang "dek, kalo mau foto di sana yang bagus". Spontan dong gw langkahin kaki ke tempat yang dikasih tau. Selain itu daya tarik lainnya adalah posisi kampung yang berada di dekat jembatan, sehingga memungkinkan travellers buat selfie dari atas, suer dah apiknya bukan main. Gw berasa lagi di Italia versi Malang. Dari pada penasaran mending agendakan ke sini deh sebelum catnya memudar. Masalah tiket masuk? Dulu sih gratis karena belom diresmiin, sekarang karena udah diresmiin jadi kalian harus bayar Rp. 2000 (Oktober 2016). Murah banget kan, padahal kalo dipikir-pikir gak sebanding dengan pengalaman seru yang akan kalian dapatkan di sana. Oh iya, kalo foto di jembatan itu harus hati-hati ya guys, karena itu jalan umum dan sungguh-sungguh padat (Sering macet) jadi gak usah kaget klao setiap mau foto pasti diliatin orang-orang yang lagi melintas di atas jembatan, dan gak jarang juga digodain. Kalo kata gw sih seru-seru aja, tantangan menahan rasa malu dan pengen eksis, Hahahhaa.
Perlu diingat di sini parkirnya mengambil sebagian badan trotoar, jadi kalian harus hati-hati selalu, karena pada dasarnya kampung ini dibangun bukan sebagai tempat wisata melainkan pemukiman warga. Sekian dari gw, jangan lupa share pengalaman kalian ke Jodipan di kolom comment ya. Thank you :)
G A L E R I
Jumat, 02 Desember 2016
Kamis, 22 September 2016
PANTAI SENGGILING - Bintan Kepulauan Riau.
Lama rasanya gak nulis di blog ini. Malum sekarang udah bukan mahasiswa lagi yang kerjanya keluyuran, uang gak mikir (mikir kalo lagi krisis), banyak waktu bareng temen.
Kehidupan gw bukan kaya dulu lagi. Sekarang udah kerja, gak ada parter kerja. Jadi pekerja lapangan. Hobinya jalan sendiri. Kadang ngerasa mirip orang galau sepanjangan. Padahal keadaan memaksa seperti itu.
Dulu kalo di Bogor gw sering banyak cerita tentang perjalanan gw selama di sana. Sayang banget kalo domisili gw sekarang gak diceritain juga kan. Awalnya gw mengutuk kota ini. Karena di sini gw harus kembali survive. Mulai dari harga di sini yang hampir 2x lipat dengan Bogor. Oh iya, lupa ngenalin tempat dimana gw sekarang.
Pulau Bintan. Pernah denger? Atau asing banget? Pulau Bintan dengan Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Ingat ya. K-E-P-U-L-A-U-A-N Riau. (Perlu gw tegasin Riau dan Kepulauan Riau adalah 2 Provinsi dan berbeda). Gw gak tau seberapa banyak jum;ah pulau di provinsi ini. Yang pasti setelah gw tinggal di sini gw sebut ini Paradise nya Sumatera. Thats why wajib banget gw ceritain. Tanjungpinang, awalnya gw heran kenapa kota ini terpilih menjadi Ibukota Kepulauan Riau. Kenapa gak Batam? Yang lebih tersohor dan populer dari Sabang sampai Marauke. Lebih banyak fasilitas yang mendukung utuk julukan Ibukota. Tapi ya sudahlah, menurut gw kenapa Tanjungpinang terpilih sebagai Ibukota adalah karena Tanjungpinang yang terletak di Pulau Bintan ini merupakan pulau terbesar di anatara pulau-pulau lainnya yang ada di Kepulauan Riau (Menurut gw).
Oke sekarang gw bakal ceritain salah satu pantai di Pulau Bintan ini. Pantai yang masih perawan (bebas parkir, sepi pengunjung, gak ada yang jualan, namun kurang terawat). Untuk menuju ke Pantai ini kalian harus sama orang yang pernah dan bahkan hapal sama jalan ke sana. Karena gak ada satupun plang jalan yang akan membawa Anda ke pantai. Kalau Anda dari Tanjungpinang kota ambillah jalan yang menuju Senggiling (lewat jalan lama Tj.pinang – Tj. Uban nanti ada pertigaan ke arah Seggiling). Berjalan sekitar 7 Km kita akan menemukan pos satpam. Karena pantai tersebut berada di kawasan perusahaan perkebunan. Maka di sana kita akan kena cas 20rb perorang. Kalo bisa kongkalikong 1 motor yang isinya 2 orang cuma bayar 20rb. Dari gerbang satpam jalan tanah sekitar 15 menit akan kita lalui. Gw bingung gimana jelasin jalannya karena di sini terlalu rumit. Intinya kalian bakalan nemuin pantai setelah melewati alang2 setinggi badan kalian, jalanan tanah dan berpasir, hutan, dan perkebunan kelapa.jarak perjalanannya 20 sampai 30 menit. HATI-HATI lah selama berkendara di pasir. Karena tak jarang motor Anda kejebak di pasir. Kalo yang hobi offroad, so recomended. Susah payah yang Anda lalui akan terbalaskan kok dengan pantai yang cantik. Pasir putih yang halus, lautan yang kebiruan, ditambah dengan unsur bebatuan sebagai penyempurna lukisan alam ini. Kalau ke sini pas lagi terik matahari sangat di sarankan buat pake sunblock. Karena gak mungkin kan kalian bakalan duduk manis di bawah pohon tanpa nyebur menikmati birunya air laut. Kalo gw sih gatel banget pengen nyebur. TAPI perlu diingat, kalo di sini gak bakal ada kamar mandi untuk bilas. Sepanjang perjalan selama 30 menit baru kalian akan menemukan rumah warga. Namun, di sana juga tidak menyediakan kamar mandi umum. Kalo mau bilas ada sih musholah yang gak jauh dari sana. Tapi, jangan banyak2 ya. Bilas seperlu nya aja. Mending pulang aja. Asalakan kuat ama lenget2 di badan. Jangan lupa bawa makanan dan minuman sebanyak-banaknya. Mengingat tidak adanya warung di dekat sana.
Oh iya, perlu kalian tau. Yang menjadi icon di pantai ini adalah batu gajah duduk. Iya, batu yang menyerupai gajah yang sedang duduk. Di sana juga terdapat lafaz Allah. Keren kan.. so tunggu apa lagi. Mumpung masih perawan. Jagalah alam dengan membuang sampah pada tempatnya. Kalau bisa kayak turun dari gunung aja, pulang bawa sampah. Karena di sini gak ada yang jaga makanya sampah oleh tangan2 orang yang tidak bertanggung jawab lumayan banyak. Tapi tetap, tidak akan mengurangi keindahan pantai ini.
Galeri
Langganan:
Komentar (Atom)


