Minggu, 30 Desember 2012
Ada gak sih pacaran yang Islami itu?
Kembali melipat sarung mukenahku yang aku kenakan untuk mendengarkan kajian islam di kamar kost ku. Sengaja aku lebih memilih menggunakan sarung mukenah dari pada harus mengganti rok yang aku pikir intinya sama untuk menutupi aurat, walau terlihat amburadul tapi ini akan lebih praktis karena teman-teman sudah mengetuk-ngetuk pintu kamar kost ku. Walau mengkaji islam ini dilakukan di kamar kost ku, bukan berarti saya yang akan memberikan materi. Mengingat pengetahuan Islam saya yang masih dangkal dan akan terus mencoba menggalinya, InsyaAllah. Yang memimpin atau pemateri dari pengkajian Islam yang secara kecil-kecilan ini merupakan alumni mahasiswi IPB Program Keahlian Analisis Kimia dan sekarang akan menamatkan sarjananya di kampus IPB Baranang Siang. Singakat cerita namanya Esti. Kurang tau pasti nama lengkapnya yaahhh dan itulah kekurangan saya yang agak terlalu cuek "Terkadang".
Kak Esti biasa dipanggil, dulunya kita takuti dalam artian bahwa sebagai remaja yang baru mencoba merantau mamandirikan diri sendiri,menjaga batas-batas kebebasan tentunya hal yang wajar ketika seruan dari orang tua masing-masing dari kita untuk mengingatkan tentang pergaulan. Pergaulan yang tidak menyesatkan, apalagi berita yang beredar di media massa sering mengumbar masalah aliran sesat. Hanya butuh kewaspadaan yang tinggi. Saya ingat betul ketika saya baru merasakan dunia perantauan. Dimana saya selalu berhati-hati dalam bertindak, bisa dimaklumkan saya sendiri asing dan tidak mengenal siapapun kecuali teman sekamar seperjuangan sekampung saya Noflianda Sagita. Waktu itu kita sedang mengikuti matrikulasi yang diprogramkan IPB untuk mahasiswa baru. Ketika suatu malam bertepatan bulan puasa, pintu kamar kost pun di ketuk dengan irama mengajak bukan irama tergesa-gesa untuk di buka. Kak Esti menawarkan kita untuk sholat tarawih keliling, saat itu kita hanya mengiyakan saja. Hari-hari berjalan, selebaran-selebaran dakwah yang dia berikan kepada kami saat itu hanyalah sebuah selebaran yang tak pernah ada niat untuk di baca. Mungkin kami masih terbius kata-kata orang tua dan salah satu penghuni kost yang juga lebih tua dari kami. Dia mengatakan bahwasannya harus berhati-hati sama kak Esti. Alirannya yang kurang bagus sih "katanya". Jadi setiap kalinya kami diajak untuk sholat bareng atau apalah pasti selalu banyak alasan,terkadang pura-pura tidur, pura-pura lagi haid atau bahkan sengaja pergi karena hipotesa yang kami dapatkan seperti itu. Ntahlah apa yang mebuat kami menjadi lebih dekat dengan dia sekarang, apakah karena baiknya dia kepada kami,atau mungkin yah kenyamanan yang kami dapatkan bersama dia. Hingga malam ini kita kembali berkumpul,saya lupa mengingatnya ini pengkajian islam dalam pertemuan keberapa yang jelas malam ini jumlah pesertanya cukuplah untuk membuat ruanganku sedikit kekurangan oksigen sehingga sedikit terasa panas yang diakibatkan karbondioksida perindividu. Dengan jumlah 6 orang yang memenuhi kamarku kami mendengarkan dakwah.
Malam ini temanya agak sensitif, mengingat pengalaman pribadi yang lagi menggebu-gebunya di landa asrama eh asmara *ingat salah satu teman SMA Upick.
Tema yang diangkat malam ini adalah "Ada gak sih pacaran yang Islami itu?"
Pertanyaan awal yang diajukan yaitu, pacaran Islami itu yang seperti apa? Apakah yang selalu sms ngingatin sholat? (deg langsung nancep di hati) apakah yang selalu nyuruh ngaji? (hmmmmmm..)
Pacaran Islami itu ada, yah ada . Pacaran setelah nikah (nah lo !)
Lalu pertanyaan berikutnya juga tidak kalah bikin jleb di hati, "kalo pacarannya gak ketemu gimana?" (berharap jawabannya sedikit tidak menyudutkan) "hmmmm... yang namanya berdua itu pasti yang ketiganya setan, dalam al-qur'an telah dijelaskan bahwa utuk MENDEKATI zina pun dilarang karena zina itu sesuatu yang membawa keburukan. Mendekatinya saja tidak boleh apa lagi melakukannya. Kalau kita pacaran itu sama halnya membuka pintu-pintu menuju kezinaan. Zina itu ada berbagai macam sebagai contoh zina telinga. Apa yang kita bicarakan di dalam telepon? hal yang penting kah? apalagi ketika kalian sering bilang muuuaaah sayang,atau apalah kalian lebih tau. Nah itu juga termasuk zina. Jadi jangan pacaran dulu walaupun LDRan katanya".
"Lalu bagaimana yang sudah terlanjur?" " yah kalian sebagai wanita harus tegas" ( sambil meringis dalam hati, merasa belum ada kekuatan )
"Terus, misalnya kita main cup-cupan yang dalam artian sudah menandai bahwa dia adalah bakal calon istrinya, terus kemudian mereka berpisah. Setelah kuliah mereka akan menikah itu gimana?"
sambil tersenyum kak Esti menjawab " hmmm.. ada sih sebagian ulama kita yang melakukan hal demikian, namun yah kalo jodoh gak bakal kemana. Gak usah pake acara cup-cupan kalo jodohnya sama dia kan tetap ama dia. Seandainya nih, kamu ingin dia nih. yang sama halnya ketika kamu begitu menginginkan kursi kayu. Lalu kamu mengejarnya dan kamu mendapatkannya. padahal disisi lain Allah ingin memberi kamu kursi perak yang artinya Allah ingin memberikan kamu yang lebih baik dari pada dia tapi kamu malah tetap menginginkan dia. seperti itu maksudnya".
"Lalu apa benar penafsiran yang katanya cewek itu ditakdirkan untuk menunggu pasangannya datang, sedangkan cowok itu lebih mencari pasangannya?". Dengan ekspresi muka yang bloon.
" Sebenarnya presepsi itu salah, kalu kita wanita sudah merasa mampu dan ingin menikah maka kita berhak bertindak dengan cara meminta di carikan jodoh dengan saudara,kerabat atau orang-orang terpercaya lainnya. Khodijah saja meminta Muhammad untuk menikahinya".
Begitulah sedikit yang saya tangkap dari pengkajian islam malam tadi. Semua termenung tidak termasuk aku sekalipun.
Menatap layar handphoneku yang sejak tadi kudengar naa sms yang masuk. Hipotesa yang benar, sms dari laki-laki yang ada di selatan pulau jawa yang aku kenal lewat facebook yang tanpa sengaja di pertemukan oleh teman karib saya sewaktu SMA. awalnya kami hanya sebatas komen-komenan status,wall-wallan dan berlajut pada perasaan yang terbentuk begitu saja setelah beberapa bulan terakhir. Aku mengaguminya sebagai sosok yang begitu sabar menghadapi ulahku yang menurutku sendiri terkadang aneh, kekanak-kanakan dan atau bahkan egois yang terlalu berlebihan untuk remaja seusiaku. Belum pernah melihat sosoknya bukan berarti membuat perasaan ini tak terbentuk. Menurut foto di facebook dia tak begitu ganteng kok kaya @poconggg atau Ben Joshua yang memiliki lesung pipit sedalam sumur dan bahkan suaranyapun tak semerdu Afgan. Malah dulu sebelum perasaan ini berlanjut aku sering bilang dia jelek (hahahha ampuuuuuuun). Baru kali ini aku benar-benar terpikirkan tentang masa depan. Padahal dari awal aku tidak pernah punya niat untuk begitu memikirkannya. Mungkin karena di sela-sela omongan kita yang sering mengarah kesana. Dia juga banyak mengajarkanku tentang sabar berpikir dewasa dan tak jarang dia juga memberikan dampak yang positif tehadapku.
Singkat cerita setelah aku mendengarkan cerama tadi aku terpikir untuk mendiskusikan masalah ini padanya. Mengingat tentang hukum agama ku. Aku juga tidak ingin menyayanginya melebihi sayangku untuk penciptaku. Aku juga tak ingin terluka menangis sakit hati tersedu melebihi tangisku kan dosa-dosa besarku terhadap-Nya. Apalagi telah dijelaskan dan akupun sudah mengetahui kebenaran hukum agama dan berdosalah aku apabila tidak menerapkannya. Sepanjang hari ini aku selalu berpikir dan menundukkan pandangan agar lebih mudah ketika aku mengambil sebuah keputusan yang tidak menyesalkan. Ini tidak mudah teruntuk diriku sendiri. Aku butuh kekuatan dari Mu ya Robb , keberanian ku dan keihlasanmu. Untuk memperbaiki diri menuju Muslimah yang sebenarnya.
Sampai sekarang aku masih berpikir semoga tidak berlarut. Menjadi seperti biasa jangan memulai pembicaraan yang terlalu mengarah ke sana. Selagi masih dalam batas wajar dan topik yang di bahas tidak menyesatkan. Mungkin lebih baik. Jaga hati dan pikiranku ya Robb . AMIN
Kamis, 13 Desember 2012
From A Deep Heart
Senyum terpaku manatap layar monitor. Ini tentang pemberontakan diri. Pemberontakan yang sangat menyiksa batin. Detik ini batinku terenyah-enyah dilanda konflik yang tiada akhir. Aku terpaku, keheningan terkadang memutar balikka pikiranku akan hal itu, indah, nyaman, tentram, dan terlalu canggung untuk ku ungkapkan dengan kata-kata dalam tulisan ini. Kemarin aku mengatakan apa yang telah aku langgar, konflik ini tak pernah berujung. Aku tak tau apa yang dapat menyelesaikan semua ini kecuali diri dan batinku sendiri. Tak banyak yang ku harapkan,hanya saja aku terlalu menyesali atas apa yang kau langgar. Raga memberontak tapi batin????
Ini selalu berawal ketika keheningan mulai menghantui sisi hari. Aku khawatir dengan rapuhnya diriku yang sekarang, air mata seperti air comberan dikala hujan. Aku tak sekuat dulu, selalu ada senyum setiap kali ada yang menyapaku. Tapi sekarang???? Tidak ada alasan yang lebih kuat untuk melebarkan sisi-sisi bibirku. Keadaan baru? Lingkungan baru? Suasana baru? Ataukah aku yang tanpa sengaja memperbaharui semua? Tapi yang jelas, sekarang aku benar-benar sendiri, mengetik inipun air mata menemani, tetesan itu mengering disisi kerah baju PK unguku. Aku sadar, ini mau tidak mau akan aku jalani, sekuat tenaga meyakinkan bahwa aku tidak berada dalam tempat yang salah. Tempat yang akan membawa kemasa depan yang lebih baik. Merangkai kata untuk menceritakan kepada orang lainpun memaksa otakku bekerja keras agar akan semua yang aku sampaikan tidak membuat mataku spontan membentuk bendungan disekitar kornea. Agar mereka hanya merasakan bahwa aku hanya menyampaikan sebuah cerita bukan derita yang ku alami. Agar mereka menyadari bahwa aku hanya ingin didengarkan bukan untuk dikasihani.
Di tempat yang baru ini banyak mengajarkanku hal-hal kecil yang akan menghembuskan angin masa depan. Aku tidak bisa seperti dulu lagi, tidak bisa yang hanya sekedar menerima. Menjadi sendiri itu gamapang-gampang susah. Harus belajar menopang diri, menjaganya tetap berdiri tegak ketika angin kencang berhembus, ketika senggolan-senggolan kecil menyentuh tubuh yang akan membuat titik keseimbangan berpindah tumpu. Seperti apa yang orangtua saya katakan “ here, no one care nak. Tetap tegar untuk belajar menjadi lebih baik, tetap tegar disetiap hembusan kencang angin walaupun kami disini jauh,tak mampu menemani, menjaga mu dari sisi dekat, mendekapmu agar kamu tetap kuat, tapi wujud kasih sayang kami adalah do’a dan apa yang pernah kami ajarkan untukmu, apa yang kamu lakukan hanya kamu yang tau, kebenaran yang sesungguhnya hanya kau yang tau”. Kata-kata ini mengingatkanku pada gerutan kelelahan dikening kedua orang tuaku,wajahnya yang penuh dengan kerutan pahitnya perjuangan dan harapan-harapan pada putra putrinya. Aku begitu merindukannya, rindu akan belaiannya di setiap malamku. Rindu akan semua nasehatnya,rindu akan di setiap sapaannya sebelum dan sesudah tidur, setiap pergi dan pulang sekolah , dan…….. aku berhenti sejenak melanjutkan kata-kataku. Mebaringkan tubuhku, mengatur nafas, menghapus cairan yang keluar dari pelipis mata dan hidung dengan gerakan santai tanpa menimbulkan gerak gerik yang dapat memberikan sinyal kepada teman sekamarku bahwa aku sedang terjatuh dalam jurang kerinduan, keheningan dan hambarnya suasana hati. HAHAHA BODOH !
Langganan:
Postingan (Atom)