Minggu, 14 Juli 2013
Ini Tentang Gurauan
Ini tentang ungkapan dosen agamaku di pertemuan terakhirnya. Tentang tebak-tebakannya yang menggalaukan semua anak PVT, tidak terkecuali saya. Inipun saya kaitkan dengan liburan saya di Jogja beberapa hari yang lalu. Bukankah semua bisa dibaca dari raut wajah? Bukankan semuanya dapat terlihat dengan jelas ketika hal itu spontan dilakukan? Aku hanya mengira semuanya tidak akan seperti ini. Ntahlah apa yang mengusikku, hingga omongan dosenpun mempererat khayalanku. Meyakinkanku pada satu hal, satu harapanku. Binar yang keluar dari benda berbentuk elips itupun tidak bisa aku pungkiri, gerakan spontan yang ditunjukkanpun mencerminkan semuanya. Apakah aku yang terlalu berobsesi sehingga semuanya terlihat sinyal positive di mataku? atau semuanya hanya gurauan dan harapan yang terbentuk karena keinginanku yang besar? Mungkin sama sekali ini tidak ada dipikirannya. Tidak ada ! Ntahlah, mungkin waktu tau seberapa serius dan pantaskah aku menerima jawaban. Yakin, apapun itu pasti yang terbaik :)
Selasa, 09 Juli 2013
Pantai Ngobaran (Balinya Gunung Kidul)
Jreeeeng-jreeeeeeeeng akhirnya jemari ini mulai bermesraan kembali dengan keyboard. Kali ini saya akan membahas tentang liburan saya ke Yogyakarta beberapa hari lalu. Berawal dari nekat traveling sendiri menggunakan bus dari Kota Hujan ke Kota Pelajar, yang kira-kira memakan waktu 24 jam kurang. Akhirnya saya tiba dengan selamat sejahtera aman sentosa. Dengan membawa koper dan seperangkat alat sholat, serta beberapa buah tangan yang sengaja saya beli biar menarik perhatian "ojeg-ojeg" di sana. Yah, itu merupakan salah satu trik saya agar sedikit mengurangi budget selama berlibur di sana. Hehehehhe.
Saya fokuskan untuk memusatkan cerita saya ke salah satu pantai yang bikin mata dan hati saya jatuh cinta. Sebelumnya saya pengen cerita dulu teantang kebegokan saya dan patner jalan saya ketika berusaha menemui pantai ini. Sekitar pukul setengah satu siang, dengan disambut teriknya sinar matahari Kota pelajar itu, saya dan patner jalan saya memulai aksi dengan membawa bendera merah putih, memakai sepatu boat, membawa peralatan seadanya seperti pisau, gunting kuku, gunting rambut, maskeran, jas hujan dan beberapa cabai hijau untuk siap dihidangkan, menggunakan ikat pinggang dan maaf semuanya hanya fiktif belaka. Tidak ada modal yang lebih dari kami kecuali modal ingatan patner jalan saya. Jujur, awalnya saya meragukan dan ternyata benar. Setelah hampir 4 jam di perjalan dengan melewati belahan bebukitan karst di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Dilanjutkan pemandangan hutan pinus yang membuat saya merasa lagi syuting film Breaking Dawn, sayang tidak ada picture yang saya ambil di sana. Menanjaki dan meuruni setiap jalan yang berliku, sampai ban motor kitapun kempes. Akhirnya kita tiba di Pantai Baron. Yah, bukan pantai yang menjadi sasaran awal perjalan kita, namun karena hari hampir senja dan kelelahan menghantui kita akhirnya mau tidak mau pantai ini menjadi tempat berlabuh. Tidak ada suara desiran hantaman ombak yang begitu keras, hanya ada beberapa kapal nelayan dan wisatawan domestik yang mengunjungi pantai tersebut. Jujur kecewa, dalam hatipun bergumam, ini mah Pantai Ulpa yang ada di Musi Banyuasin. Hahaha. Hanya beberapa menit duduk dan menyewa tikar di bibir pantai, hujanpun mengguyur. Pulang dengan mendengus kecewa dan berlapis rasa khawatir akan jalan pulang ternyata lebih menakutkan dari pada kuis fisiologi. Biasanya tersesat di tengah hutan beton dan sekrang benar-benar tersesat di hutan yang sebenar-benarnya hutan. Hampir 3 jam berlalu, dengan rute yang berbeda akhirnya sampai juga dikeramaian. Senengnya bak dicium pangeran tamapan dari Kerajaan Cinderella. Lupakan tentang Pantai Baron.
Ini dia Pantai Baron - Yogyakarta
Maaf gambarnya copy dari google, abisnya males foto di sana. Haha
MOVE ON !
Nah ini dia pantai pertama yang buat saya kangen pengen ke sana terus. Mengingat medan yang ditempuh cukup jauh dan lumayan menantang, namun tidak ada penyurutan atas keinginan saya ke sana. Ditempuh dengan jarak kurang lebih dua jam dengan menggunakan kendaraan sepeda motor dari kota Yogyakarta, saya tiba di Pantai Ngobaran. Jalan yang berliku dan naik turun memacu sedikit andrenalin ketika kendaraan saya meningkatkan kecepatan. Saya tidak pernah tau jalan menuju ke pantai ini, dengan bermodalkan bisa baca dan berani bertanya, saya mengikuti setiap papan petunjuk yang tersedia dan setiap belokan yang membingungkan spontan muka saya menebal lalu bertanya.
Pantai ini ternyata tidak terlalu terkenal dibandingkan dengan pantai-pantai yang lainnya. terlihat dari papan-papan petunjuk yang banyak menunjukkan arah pantai-pantai yang lain seperti Pantai Kukup, Pantai Baron tempat saya tersesat 2 hari yang lalu sebelum saya pergi ke Pantai Ngobaran.
Mulai dari jalan akses menuju pantai yang tidak sebagus akses jalan menuju Pantai Baron. Pantai ini melewati perkampungan yang masih terjaga keasriannya dan melewati bebukitan karst yang dulunya adalah dasar lautan (Daru's said). Penduduk di sanapun juga ramah, terbukti setelah kami melewati jalan menuju pantai tak segan kita saling melemparkan senyum. Kata kerennya sih dari pantai ini adalah Balinya Gunung Kidul.
Pertama kalian datang ke sini, kalian akan disambut dengan patung-patung Budha, dan miniatur stupa-stupa yang kaya di Candi Borobudur itu loh. Disana ada Patung Ganesha, Patung Brahmana, Patung Syiwa dan banyak patung-patung lain.
Salam Pembuka Pantai Ngobaran - Pantai Ngobaran
Setelah itu matapun dimanjakan dengan pemandangan laut lepas dan bukit-bukit yang menjulang nan-tinggi. Pemandangan karangpun membawa kaki ini menuruni puluhan anak tangga. Terdapat kolam-kolam kecil di sekitar sana, dan tepat ketika kita sedang mengunjungi tempat itu dua orang wanita lagi mandi nyebur di kolam air tawar "katanya". Walopun kolamnya berada di bibir pantai dan bercampur dengan air asin tapi katanya Bapaknya yang ada di sana airnya tawar. Dan saya belum mebuktikannya.
Bukit-Bukit Karang - Pantai Ngobaran
Karang-Karang yang tajam pun membuat saya tertantang dan bahkan rela memksakan badan mengecil sejenak untuk melewati sela-sela bukit karang. Hehehe
Melewati Sela-Sela Bukit Karang - Pantai Ngobaran
Tidak cukup hanya itu, saya pun mencoba tiduran di atas hamparan bebatuan yang katanya Calon Bapak Geologist tahun sekian, batu yang berjenis batuan kapur ini terbentuk dari sisa-sisa organisme laut, seperti karang dan siput-siput laut yang udah die !
Hamparan Batuan Kapur Bulat-Bulat (HAHA) - Pantai Ngobaran
Karena ombaknya tiba-tiba naik, maka sayapun ikut mengampung dan terombang-ambing, akhirnya sayapun terhempas babak belur dan terdampar di salah satu bukit yang menjulang di menyembunyikan pantai. Yah, tempat yang paling eksotik yang pernah saya temukan. Dari atas sana saya bisa melihat dua panat yang berbeda, eh maksudnya tiga kategori pantai yang berbeda. Pertama yaitu pantai dengan nuansa bebukitan karang yang tajam, yang kedua pantai dengan nuansa padang rumput laut yang menghijau dan terdapat banyak biota laut disana (Bintang laut, "Umang-Umang", dll), dan yang ketiga adalah pantai dengan nuansa pasir putih kasar yang terbentuk dari campuran pasir dan pecahan karang ataupun kerang. Tapi hati-hati tidak jarang ditemukan sisa-sisa sesajen di sudut-sudut tempat.
Menuju Puncak view terindah yang Melelahkan - Pantai Ngobaran
Salah Satu Puncak Tempat Melihat View Terindah
GALERI FOTO
Bibir Pantai - Pantai Ngobaran
Oke sekian tentang Balinya Guning Kidul, semoga bermafaat dan tertarik untuk ke sana. Saya sarankan untuk tidak mengajak tourguide yang abal-abal seperti patner jalan saya. Hehehe thank you so much Mang, walopun harus sesat berulang kali.
Note : Tidak ada biaya tiket masuk (Juli 2013) hanya membayar pakiran saja (Rp. 2000)
Tourguide Abal-Abal
Thank You For Reading, and Dont Miss It yak :D
Saya fokuskan untuk memusatkan cerita saya ke salah satu pantai yang bikin mata dan hati saya jatuh cinta. Sebelumnya saya pengen cerita dulu teantang kebegokan saya dan patner jalan saya ketika berusaha menemui pantai ini. Sekitar pukul setengah satu siang, dengan disambut teriknya sinar matahari Kota pelajar itu, saya dan patner jalan saya memulai aksi dengan membawa bendera merah putih, memakai sepatu boat, membawa peralatan seadanya seperti pisau, gunting kuku, gunting rambut, maskeran, jas hujan dan beberapa cabai hijau untuk siap dihidangkan, menggunakan ikat pinggang dan maaf semuanya hanya fiktif belaka. Tidak ada modal yang lebih dari kami kecuali modal ingatan patner jalan saya. Jujur, awalnya saya meragukan dan ternyata benar. Setelah hampir 4 jam di perjalan dengan melewati belahan bebukitan karst di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Dilanjutkan pemandangan hutan pinus yang membuat saya merasa lagi syuting film Breaking Dawn, sayang tidak ada picture yang saya ambil di sana. Menanjaki dan meuruni setiap jalan yang berliku, sampai ban motor kitapun kempes. Akhirnya kita tiba di Pantai Baron. Yah, bukan pantai yang menjadi sasaran awal perjalan kita, namun karena hari hampir senja dan kelelahan menghantui kita akhirnya mau tidak mau pantai ini menjadi tempat berlabuh. Tidak ada suara desiran hantaman ombak yang begitu keras, hanya ada beberapa kapal nelayan dan wisatawan domestik yang mengunjungi pantai tersebut. Jujur kecewa, dalam hatipun bergumam, ini mah Pantai Ulpa yang ada di Musi Banyuasin. Hahaha. Hanya beberapa menit duduk dan menyewa tikar di bibir pantai, hujanpun mengguyur. Pulang dengan mendengus kecewa dan berlapis rasa khawatir akan jalan pulang ternyata lebih menakutkan dari pada kuis fisiologi. Biasanya tersesat di tengah hutan beton dan sekrang benar-benar tersesat di hutan yang sebenar-benarnya hutan. Hampir 3 jam berlalu, dengan rute yang berbeda akhirnya sampai juga dikeramaian. Senengnya bak dicium pangeran tamapan dari Kerajaan Cinderella. Lupakan tentang Pantai Baron.
Ini dia Pantai Baron - Yogyakarta
Maaf gambarnya copy dari google, abisnya males foto di sana. Haha
MOVE ON !
Nah ini dia pantai pertama yang buat saya kangen pengen ke sana terus. Mengingat medan yang ditempuh cukup jauh dan lumayan menantang, namun tidak ada penyurutan atas keinginan saya ke sana. Ditempuh dengan jarak kurang lebih dua jam dengan menggunakan kendaraan sepeda motor dari kota Yogyakarta, saya tiba di Pantai Ngobaran. Jalan yang berliku dan naik turun memacu sedikit andrenalin ketika kendaraan saya meningkatkan kecepatan. Saya tidak pernah tau jalan menuju ke pantai ini, dengan bermodalkan bisa baca dan berani bertanya, saya mengikuti setiap papan petunjuk yang tersedia dan setiap belokan yang membingungkan spontan muka saya menebal lalu bertanya.
Pantai ini ternyata tidak terlalu terkenal dibandingkan dengan pantai-pantai yang lainnya. terlihat dari papan-papan petunjuk yang banyak menunjukkan arah pantai-pantai yang lain seperti Pantai Kukup, Pantai Baron tempat saya tersesat 2 hari yang lalu sebelum saya pergi ke Pantai Ngobaran.
Mulai dari jalan akses menuju pantai yang tidak sebagus akses jalan menuju Pantai Baron. Pantai ini melewati perkampungan yang masih terjaga keasriannya dan melewati bebukitan karst yang dulunya adalah dasar lautan (Daru's said). Penduduk di sanapun juga ramah, terbukti setelah kami melewati jalan menuju pantai tak segan kita saling melemparkan senyum. Kata kerennya sih dari pantai ini adalah Balinya Gunung Kidul.
Pertama kalian datang ke sini, kalian akan disambut dengan patung-patung Budha, dan miniatur stupa-stupa yang kaya di Candi Borobudur itu loh. Disana ada Patung Ganesha, Patung Brahmana, Patung Syiwa dan banyak patung-patung lain.
Salam Pembuka Pantai Ngobaran - Pantai Ngobaran
Setelah itu matapun dimanjakan dengan pemandangan laut lepas dan bukit-bukit yang menjulang nan-tinggi. Pemandangan karangpun membawa kaki ini menuruni puluhan anak tangga. Terdapat kolam-kolam kecil di sekitar sana, dan tepat ketika kita sedang mengunjungi tempat itu dua orang wanita lagi mandi nyebur di kolam air tawar "katanya". Walopun kolamnya berada di bibir pantai dan bercampur dengan air asin tapi katanya Bapaknya yang ada di sana airnya tawar. Dan saya belum mebuktikannya.
Bukit-Bukit Karang - Pantai Ngobaran
Karang-Karang yang tajam pun membuat saya tertantang dan bahkan rela memksakan badan mengecil sejenak untuk melewati sela-sela bukit karang. Hehehe
Melewati Sela-Sela Bukit Karang - Pantai Ngobaran
Tidak cukup hanya itu, saya pun mencoba tiduran di atas hamparan bebatuan yang katanya Calon Bapak Geologist tahun sekian, batu yang berjenis batuan kapur ini terbentuk dari sisa-sisa organisme laut, seperti karang dan siput-siput laut yang udah die !
Hamparan Batuan Kapur Bulat-Bulat (HAHA) - Pantai Ngobaran
Karena ombaknya tiba-tiba naik, maka sayapun ikut mengampung dan terombang-ambing, akhirnya sayapun terhempas babak belur dan terdampar di salah satu bukit yang menjulang di menyembunyikan pantai. Yah, tempat yang paling eksotik yang pernah saya temukan. Dari atas sana saya bisa melihat dua panat yang berbeda, eh maksudnya tiga kategori pantai yang berbeda. Pertama yaitu pantai dengan nuansa bebukitan karang yang tajam, yang kedua pantai dengan nuansa padang rumput laut yang menghijau dan terdapat banyak biota laut disana (Bintang laut, "Umang-Umang", dll), dan yang ketiga adalah pantai dengan nuansa pasir putih kasar yang terbentuk dari campuran pasir dan pecahan karang ataupun kerang. Tapi hati-hati tidak jarang ditemukan sisa-sisa sesajen di sudut-sudut tempat.
Menuju Puncak view terindah yang Melelahkan - Pantai Ngobaran
Salah Satu Puncak Tempat Melihat View Terindah
GALERI FOTO
Bibir Pantai - Pantai Ngobaran
Oke sekian tentang Balinya Guning Kidul, semoga bermafaat dan tertarik untuk ke sana. Saya sarankan untuk tidak mengajak tourguide yang abal-abal seperti patner jalan saya. Hehehe thank you so much Mang, walopun harus sesat berulang kali.
Note : Tidak ada biaya tiket masuk (Juli 2013) hanya membayar pakiran saja (Rp. 2000)
Tourguide Abal-Abal
Thank You For Reading, and Dont Miss It yak :D
Langganan:
Postingan (Atom)